[Review Buku] Usir WTO dari Pertanian: Perjuangan Rakyat Menuju KTM VII WTO

Perjuangan petani Indonesia untuk menuju kesejahteraan hidup yang sudah lama didambakan memang tidak mudah. Banyak halangan, rintangan, dan jalan berliku, baik permasalahan yang harus dihadapi di dalam negeri maupun faktor luar negeri. Petani Indonesia yang identik dengan masyarakat kecil, miskin, dan bodoh menjadi stigma tersendiri yang harus diterima dari dulu hingga sekarang.

Stigma itulah yang diusahakan semaksimal mungkin untuk dihapus dan digantikan dengan lainnya. Tujuan utamanya adalah petani Indonesia tidak diremehkan terus, selalu menjadi korban kebijakan yang tidak menguntungkan, dan hanya menjadi bahan komoditas politik sesaat. Tujuan itulah yang ingin dicapai oleh salah satu organisasi petani Indonesia yang hingga sekarang begitu getol menyuarakan aspirasi kaum tani, yaitu Serikat Petani Indonesia (SPI).

Sebuah buku yang diterbitkan oleh SPI yang satu ini, sepertinya ingin mengungkapkan perjuangan petani Indonesia yang hingga sekarang masih terbelenggu oleh kebijakan-kebijakan merugikan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Pemerintah sendiri mengeluarkan kebijakan tersebut karena dipengaruhi oleh kebijakan dari World Trade Organization (WTO) atau juga bisa disebut organisasi perdagangan dunia yang berpaham liberalisme.

Buku tersebut berjudul USIR WTO DARI PERTANIAN, Perjuangan Rakyat Menuju KTM VII WTO. Buku ini ditulis oleh Muhammad Ikhwan yang diketahui merupakan salah satu aktivis SPI. Cetakan pertama buku ini yaitu pada bulan Mei 2010. Diketahui bahwa Konferensi Tingkat Menteri (KTM) VII WTO dilakukan di Kota Jenewa, Swiss.

Menurut para aktivis SPI, konferensi tersebut hanya ingin mempertegas dan mengukuhkan kebijakan liberalis oleh WTO di bidang pertanian dunia. Oleh karena itu, tidak heran jika pada saat konferensi berlangsung, banyak aktivis serikat petani dari berbagai negara menggelar unjuk rasa di Jenewa. Tak terkecuali, SPI yang ikut berdemonstrasi ke sana.

Baca juga: Apakah Pandangan Kamu Terhadap Petani Sudah Benar?

Petani Indonesia

Lalu, apa saja yang menarik dari buku ini? Untuk lebih jelasnya, silakan membaca uraian di bawah ini.

Isi buku yang membela perjuangan petani Indonesia

Buku ini secara umum mengungkapkan secara detail ketidakadilan yang dirasakan oleh petani karena kebijakan dari WTO yang menyangkut bidang pertanian di seluruh dunia. Khususnya petani di Indonesia secara umum yang sebagian besar belum bisa menikmati hasil jerih payahnya bercocok tanam, manggarap lahan pertanian, hingga masa panen.

Hasilnya, tiap tahun atau musim, hanya itu-itu saja alias stagnan. Dalam arti, keuntungan yang didapatkan tidak meningkat tiap tahun, tetapi kerugian sangat mungkin terjadi. Hal itu disebabkan oleh petani mengalami gagal panen dengan beragam penyebab. Misalnya, serangan hama tanaman, lahan pertaniannya tergenang banjir, dan lain sebagainya.

Ada beberapa pokok bahasan yang dibicarakan dalam buku ini, yaitu sebagai berikut.

  1. Indonesia di bawah ketiak liberalisasi pertanian. Dalam pokok bahasan tersebut, penulis ingin menjabarkan sekaligus menegaskan bahwa Indonesia sudah masuk dalam pusaran liberalisasi dunia, yang dipelopori oleh negara-negara Barat. Bukannya Indonesia mendapatkan keuntungan dari situ, tetapi malahdirugikan, terutama di bidang pertanian yang terang-terangan merugikan petani gara-gara kebijakan yang tidak memihak petani.
  2. Ketidakadilan di dalam WTO. Menurut penulis, WTO telah berbuat tidak adil untuk para petani Indonesia, baik secara langsung maupun tidak, melalui kebijakan-kebijakannya yang dianut oleh banyak negara. Tak terkecuali, di Indonesia yang paham perekonomian sudah menuju ke liberalisme, seperti yang dianut oleh negara Barat.Meskipun tidak terang-terangan, tetapi hal tersebut sudah bisa dilihat dari kebijakan ekonomi yang dikeluarkan. Sebagai contoh, kebijakan mengimpor bahan pangan di saat petani sedang melakukan panen raya, seperti padi atau yang lainnya. Sudah pasti kebijakan impor tersebut sangat menyakiti perasaan petani.
  3. Liberalisasi pertanian yang membunuh dan melanggar hak asasi petani. Selanjutnya, di pembahasan ini,lebih menekankan pada praktik-praktik liberalisasi di bidang pertanian, baik secara langsung ataupun tidak. Praktik-praktik, menurut penulis, begitu halus dan tak kasat mata hingga membuat masyarakat umum tidak merasakan bahwa ada ketidakadilan di dalamnya. Bahkan, tidak menutup kemungkinan sebagian kaum petani juga tidak menyadarinya dan merasa kebijakan-kebijakan dari pemerintah yang digulirkan seakan-akan membantu mereka. Padahal, tidak dan sebaliknya. Maka dari itu, petani Indonesia perlu berjuang untuk melawan ketidakadilan, praktik pelanggaran hak asasi petani, penindasan hukum baik fisik maupun ekonomi, dan masih banyak lagi.
  4. Menuju KTM 7 WTO : Pemerintah tak berdaya melawan liberalisasi. Penulis masih terus menunjukkan bukti-bukti ketidakadilan yang dilakukan oleh WTO melalui liberalisasinya di bidang pertanian secara global. Tentu saja,hal tersebut berdampak buruk untuk kaum tani, terutama di Indonesia.Sementara itu, Indonesia dianggap sudah tidak berdaya menghadapi arus liberalisasi di bidang pertanian. Percuma saja melawannya karena posisi Indonesia yang masih lemah dan tak berdaya di antara negara-negara Barat dan maju. Akhirnya, Indonesia hanya mengikuti arus saja yang pada akhirnya mengeluarkan kebijakan yang senada dengan liberalisasi ala WTO, kebijakan yang hanya menyudutkan dan tidak memihak kepada kaum tani kecil Indonesia.
  5. Alternatif kedaulatan pangan menghempang WTO. Pada bahasan ini, penulis yang juga aktivis SPI memberikan saran dan rekomendasi yang khususnya ditunjukkan kepada pemerintah Indonesia agar mau serta mampu melawan praktik liberalisme dari WTO di bidang pertanian.Ada cukup banyak rekomendasi yang diberikan dan Anda bisa membacanya satu per satu di buku ini. Intinya adalah Indonesia bisa mempraktikkan kedaulatan dan ketahanan pangan sendiri sekaligus menggalakkan perjuangan petani Indonesia. Dengan begitu, kesejahteraan petani Indonesia juga ikut terdongkrak.

Petani Padi di Indonesia

Buku untuk masyarakat Indonesia

Bukan hanya bagi petani maupun pemerhati ataupun orang-orang yang beraktivitas di bidang pertanian saja, buku ini juga diperuntukkan bagi seluruh masyarakat Indonesia agar melek dan mengetahui perihal kondisi pertanian di dalam negeri. Perjuangan petani Indonesia dalam melawan ketidakadilan di negeri sendiri serta paham liberalisme.

Jangan ada lagi kebijakan dari pemerintah yang merugikan kaum tani Indonesia, khususnya para petani kecil yang memang hanya menggantungkan kehidupannya dari bertani sehari-hari. Sebaliknya, pemerintah harus mengeluarkan kebijakan yang mendukung dan mampu menyejahterakan para petani Indonesia. Jaya selalu dan sejahtera petani Indonesia.

Baca juga: 3 Fakta Revolusi Industri 4.0 pada Pertanian Indonesia

Penulis : Arifin Totok

Sudah download aplikasi Pak Tani Digital? Silahkan klik di sini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.