Antisipasi Kekeringan Akibat Kemarau Berkepanjangan

Berikut informsi dari Pak Tani Digital mengenai antisipasi kekeringan yang berkepanjangan.

Musim Kemarau

Akibat Musim Kemarau

kekeringan
pixabay.com

Baca juga: Menuju Swasembada Bawang Putih Agar Terlepas Dari Impor

Pertumbuhan produk pertanian dipengaruhi oleh banyak faktor seperti iklim, sumberdaya, teknologi, pemasaran, dan manusia sebagai pelaku usaha.

Kementan adalah untuk menjaga keharmonisan semua faktor, yang berpengaruh terhadap produk pertanian, mengingat salah satu misinya adalah ketahanan pangan dan keberlanjutan pangan nasional.

Musim kemarau adalah satu perubahan cuaca yang menjadi kendala terbesar dalam prosuksi pertanian.

Apabila kemarau berkepanjangan akan menyebabkan kekeringan, keadaan ini mengakibatkan kekurangan pasokan apabila daerah tersebut mengalami curah hujan di bawah rata-rata.

Kekeringan dapat menjadi suatu bencana alam apabila suatu wilayah kehilangan sumber pendapatan akibat gangguan pada produksi pertanian dan ekosistem yang ditimbulkan.

Untuk mengantisipasi keadaan tersebut, pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan mengoptimalkan pengoperasian infrastruktur tampungan air di seluruh Indonesia.

Sebagai upaya mengantisipasi dampak kemarau panjang yang mengakibatkan kekeringan pada sumber air untuk pertanian dan air baku.

Distribusi air bersih selama kemarau menjadi salah satu langkah dalam menghadapi kekeringan yang disebabkan oleh kemarau panjang.

Namun antisipasi jangka panjang juga bisa dilakukan dengan cara membuat sumber air alternatif ketika sumber air utama benar-benar kering.

Hal ini bertujuan untuk menjaga ketersediaan bahan pokok hasil pertanian dan air bersih terlebih di saat merebaknya pandemi Covid-19 dimana pangan dan air sangat diperlukan masyarakat.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menyampaikan instruksi Presiden Joko Widodo.

Bahwa pemerintah harus menjamin beberapa hal dalam masa pandemi Covid-19 untuk kebutuhan air yaitu pangan, kesehatan, dan pelayanan dasar.

Antisipasi Kekeringan

kekeringan

Baca juga : Meningkatnya Angka Nilai Tukar Petani (NTP)

Persiapan 7.914 sumur bor dengan memanfaatkan jaringan irigasi air tanah dan air baku seluas 118.652 Ha dan air tanah

Untuk air baku sebesar 2.386 m3/detik, 4.098 sumur bor berfungsi normal, sisanya 3.816 sumur bor mengalami gangguan operasional.

Dari 4.098 sumur bor yang berfungsi normal tersebut tersebar di 7 Provinsi yakni Provinsi Sumatra 488 Sumur, Provinsi Kalimantan 46 Sumur,

Provinsi Sulawesi 701 Sumur, Provinsi Jawa 1.514 Sumur, Provinsi Bali – Nusa Tenggara 1.190 Sumur, Provinsi Maluku 2 Sumur, dan Provinsi Papua 148 Sumur.

Menurut data dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) perkiraan Awal Musim Kemarau 2020 akan terjadi

Pada bulan April, Mei (dominan), Juni, dan Juli, dan puncaknya akan terjadi di bulan Agustus hingga September 2020.

Dampak kekeringan (hidrologis) tersebut diprediksi akan terjadi terutama pada di 10 provinsi

Yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Sulsel, Bali, NTB, NTT, Maluku dan Papua dengan wilayah terdampak di 90 Kabupaten/Kota.

Selain itu, untuk pertanian, wilayah yang diprediksi akan terdampak khususnya di 10 provinsi

Yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Bali, NTB, NTT, Maluku, dan Papua dengan luas area irigasi terdampak 1.142.168 Ha.


Itulah informasi dalam mengatasi kekeringan yang diprediksi akan berlangsung lama. Semoga informasi yang diberikan bermanfaat ya sobat PTD!

Baca juga: Apa itu Perjanjian Perdagangan Bebas Pada Produk Pertanian ?

Sumber: Sekretariat Kabinet RI

Ingin menjual hasil panen kamu langsung ke pembeli akhir? Silahkan download aplikasi Marketplace Pertanian Pak Tani Digital di sini.

Butuh artikel pertanian atau berita pertanian terbaru? Langsung saja klik di sini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.