Cara Budidaya Kakao Supaya Dapat Diterima Pasar Internasional

Sebagai negara yang telah membudidayakan kakao sejak 2 abad yang lalu, masih ada beberapa tantangan tersendiri dalam hal berbudidaya dan hasil budidaya kakao.

Diketahui kakao Indonesia, terutama kakao yang diproduksi oleh petani kecil, masih dihargai sangat rendah di pasar Internasional. Hal tersebut disebabkan oleh biji-biji kakao yang belum difermentasi saat diekspor serta kontaminasi akibat serangan hama dan penyakit pada kakao.

Selain itu, tantangan klasik lain yang masih sering dihadapi oleh produsen kakao di Indonesia yaitu rendahnya produktivitas secara umum akibat penggunaan bahan tanaman yang kurang baik, teknologi budidaya yang kurang optimal, umur tanaman serta masalah serangan hama penyakit.

Oleh karena itu, diperlukan upaya yang berkaitan dengan teknik budidaya tanaman kakao yang baik, seperti pengunaan bibit unggul, aplikasi teknologi budidaya secara baik, pengendalian hama dan penyakit, serta sistem pengolahan yang baik.

Baca Juga: Syarat Tumbuh Kakao Agar Tumbuh Optimal

Tahap-Tahap Budidaya Kakao

Tahapan teknik budidaya yang dapat dilakukan oleh petani kakao yaitu sebagai berikut.

Pembibitan

Varietas atau klon kakao yang dianjurkan yaitu Klon ICS 13, Klon ICS 60, GC 7, Hibrida, RCC 70, RCC 71, RCC 72, RCC 73, dan TSH 858.

Lokasi pembibitan dilakukan di dekat sumber air dan lahan penanaman kakao. Campuran media tanam berupa tanah, pasir, dan pupuk kandang dengan rasio 1:1:1.

Bedengan dapat dibuat dari daun kelapa atau daun tebu, dengan ukuran 1,5 x 1,2 meter serta atur bedengan agar mendapatkan intensitas cahaya sekitar 30-50 %.

Buah Kakao

Penyiraman bibit dilakukan setiap hari atau disesuaikan dengan kondisi cuaca. Pemupukan dengan urea dilakukan setiap 2 minggu sekali.

Bibit sudah bisa dipindahkan ke kebun jika telah berumur 3-5 bulan setelah tanam, tinggi 40-60 cm, jumlah daun 12 lembar, dan diameter batang 0,7 – 1 cm

Persiapan Lahan

Pembukaan lahan dilakukan secara selektif, yang disesuaikan dengan jenis tanaman pada areal lahan sebelumnya, serta pembukaan lahan secara aman dan ramah lingkungan.

Biasanya jarak tanam yang bisa diterapkan yaitu 3 x 3 meter dan 4 x 2 meter.

Penanaman

Lubang tanaman berisi pupuk hijau atau pupuk kandang, lalu ditutup sebelum ditanam bibit kakao.

Bibit kakao baru ditanam apabila pohon penaung telah berfungsi dengan baik, dimana intensitas cahaya yang didapatkan yaitu 30-50% dari cahaya langsung.

Perawatan

Lakukan pemupukan ntuk tanaman kakao dengan menggunakan Urea, ZA, TSP, SP-36. KCl, Kiserit, dan Dolomit.

Lalu, lakukan juga pemangkasan. Hal ini bertujuan untuk membentuk kerangka dasar, membuka celah agar sinar matahari dapat masuk ke dalam kebun secara merata sehingga tanaman lebih produktif, menghasilkan bunga dan buah yang banyak, menekan resiko berkembangnya hama & penyakit, serta memotong bagian cabang yang terserang hama dan penyakit atau karena patah dan rusak.

Untuk pengendalian hama dan penyakit, utamakan sistem Pengendalian Hama Terapu, sedangkan pengunaan pestisida merupakan alternatif terakhir.

Baca Juga: 3 Cara Mengendalikan Hama Penghisap Buah Kakao

Pemanenan

Biji Kakao

Pemanenan dilakukan ketika buah sudah masak yakni umur 4,5 – 6 bulan yang ditandai dengan perubahan warna kulit buah.

Buah dipetik dengan memakai gunting, pisau, atau pisau bergalah. Buah dipecah, kemudian bijinya dikumpulkan dalam wadah dan dibawa ke pengolahan.

Pasca Panen

Inti pengolahan biji kakao, yaitu proses terbentuknya bakal cita rasa khas coklat, mengurangi rasa pahit, dan memperbaiki bentuk fisik biji.

Agar biji kakao layak diekspor di pasar Internasional, lakukan proses fermentasi selama 5-7 hari untuk kakao lindak dan 3-4 hari untuk kakao mulia, dengan tahap pembalikan biji satu kali setelah 48 jam.

Baca: Cara Fermentasi Biji Kakao untuk Menghasilkan Cokelat yang Berkualitas

Tanda fermentasi berhasil apabila biji tampak agak kering (lembab), berwarna coklat dan berbau asam cuka, lendir mudah dilepas, dan penampang biji tampak seperti cincin berwarna coklat jika dipotong melintang.

Tanda fermentasi yang kurang baik adalah biji kakao yang dihasilkan berwarna keabu-abuan

Setelah proses fermentasi, lakukan pengeringan yang bertujuan menurunkan kadar air dampai 6-7 %. Tanda biji kakao sudah kering yaitu mudah patah atau rapuh, beratnya 1/3 berat basah.

Setelah biji kering, lakukan pengemasan dalam wadah yang kuat dan bersih, lalu disimpan pada ruang yang tidak lembab dan cukup udara.


Dalam usaha budidaya kakao, apabila teknik yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah dilakukan oleh petani yang berhasil melakukan ekspor, tentunya akan memberikan prospek untuk dikembangkan terus-menerus di Indonesia.

Dengan begitu, petani kakao di Indonesia akan mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dan kesejahteraannya dapat meningkat.

Baca Juga: Masnawati, Petani Muda yang Terjun ke Usaha Pembibitan Kakao

Penulis: RM Winnie

Ingin menjual hasil panen kamu langsung ke pembeli akhir? Silahkan download aplikasi Marketplace Pertanian Pak Tani Digital di sini.

Butuh artikel pertanian atau berita pertanian terbaru? Langsung saja klik di sini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.