Startup Sosial Petani Indonesia
Untuk pertanian padi secara global, data menunjukkan bahwa 30-50% hasil panen padi berkurang karena disebabkan oleh hama burung.
Di Indonesia, masalah yang berkaitan dengan hama burung yang mengganggu padi petani juga masih kerap terdengar. Padahal, padi merupakan sumber makanan pokok masyarakat di negara ini.
Oleh karena itu, sudah seharusnya petani melakukan metode-metode kreatif untuk mengurangi bahkan memusnahkan hama burung.
Selain menggunakan orang-orangan sawah, berikut cara mengendalikan hama burung pada padi.
1. Melakukan penanaman serentak
Biasanya padi yang ditanam tidak sesuai dengan jadwal penanaman padi lebih rentan diserang hama burung. Hal ini dikarenakan saat bukan musim panen, burung-burung lebih sulit mendapatkan makanan, sehingga padi yang ditanam di luar musim menjadi salah satu sumber makanan yang paling besar bagi mereka.
Baca: STOP Bakar Jerami di Sawah, Ini Alasannya
Di Indonesia, hal demikian sering menjadi keluhan para petani padi yang menanam padinya di luar musim tanam. Jika padi ditanam serentak, memang masih ada kemungkinan padi tersebut diserang burung pipit.
Namun jumlahnya tidak akan banyak. Oleh karena itu, lakukan penanaman padi pada musimnya.
2. Menanam tanaman berwarna mencolok
Burung pipit biasanya tidak suka dengan warna-warna yang mencolok, misalnya warna kuning. Oleh karena itu, bunga matahari dan bunga tahi ayam (lantana camara) dapat dijadikan sebagai tanaman penolak hama burung di sawah.
Kedua tanaman ini bisa ditanaman dengan rapat di pematang sawah. Dengan cara demikian, hama burung akan menghindar dari tanaman padimu.
3. Menggunakan benda-benda mengkilap
Seperti ketidaksukaannya terhadap tanaman berwarna mencolok, burung pipit juga tidak suka benda-benda yang mengkilap.
Oleh karena itu, jika tidak memungkinkan untuk menanam tanaman mencolok di sekitar lahan, tanaman tersebut dapat diganti dengan benda-benda mengkilap, misalnya plastik mengkilap.
Caranya dapat dilakukan dengan menancapkan kayu setiap 5 meter (atau disesuaikan dengan lokasi), lalu mengikatkan plastik mengkilap pada kayu tersebut. Plastik yang mengkilap akan memantulkan sinar matahari yang datang, sehingga burung pipit akan menghindar.
Namun, metode ini memiliki kelemahan. Pada pagi dan sore hari, juga pada saat mendung, sinar matahari yang datang ke bumi hanya sedikit. Hal ini membuat plastik kilap tidak berfungsi secara efektif dan memungkinkan burung pipit datang lagi.
Baca: Fakta tentang Padi (Beras) di Indonesia
4. Menggunakan jaring sebagai perangkap
Dalam pertanian, perangkap memang memiliki banyak manfaat, termasuk untuk mengurangi hama burung yang mengganggu padi.
Perangkap yang digunakan untuk mengendalikan hama burung dapat berupa jaring khusus penangkap burung atau bekas jaring penangkap ikan. Petani dapat menancapkan beberapa kayu atau bambu di pematang sawah. Kemudian, jaring diikatkan ke kayu atau bambu tersebut dengan posisi jaring membentang.
Metode ini mungkin membutuhkan biaya yang besar. Hal ini dikarenakan petani pasti butuh banyak jaring. Keuntungannya, jaring cukup efektif untuk mengurangi populasi hama burung yang mengganggu padi. Jaring tersebut juga masih dapat digunakan beberapa kali (bahkan hingga panen berikutnya) jika kerusakan jaring tidak terlalu parah.
Baca: 5 Tips Sukses Dalam Bertani
5. Memanfaatkan jengkol
Tahukah kamu bahwa jengkol sangat ampuh untuk mengusir hama burung? Hal ini dikarenakan burung pipit tidak menyukai aroma jengkol. Oleh karena itu, ia akan menjauh jika mencium aroma jengkol di sekitar tanaman padimu.
Menggunakan jengkol sebagai pengendali hama burung bukan berarti kamu harus menanam tanaman jengkol di sekitar sawah. Kamu hanya perlu merendam buah jengkol selama beberapa hari, lalu menunggu hingga rendaman jengkol tersebut mengeluarkan bau yang sangat menyengat.
Selanjutnya, masukkan air rendaman jengkol ke dalam botol yang nantinya akan diletakkan di beberapa sudut sawah. Selain itu, air rendaman jengkol tersebut juga dapat disemprotkan ke tanaman padi.
Hal ini tentu saja cukup mudah dilakukan, apalagi pohon jengkol merupakan pohon yang umum ditemukan di wilayah tropis Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Oleh karena itu, kamu tidak perlu kesulitan mencarinya.
Penulis: Hutri Cika Berutu
Sudah download aplikasi Pak Tani Digital? Klik di