4 Masalah pada Tahap TBM Kopi dan Cara Mengatasinya

Di Indonesia, tren menghabiskan waktu di kafe tampaknya semakin marak akhir-akhir ini. Secara langsung atau tidak, tren ini tentu saja mempengaruhi produksi kopi di kalangan petani Indonesia. Sejak dulu, beberapa daerah di Indonesia memang sudah dikenal dengan komoditas kopinya.

Untuk tanaman tahunan kopi, ada beberapa tahap persiapan yang biasanya dilakukan oleh petani sebagai produsen, yaitu Tanaman Tahun Akan Datang (TTAD), Tanaman Tahun Ini (TTI), Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), dan Tanaman Menghasilkan (TM).

Pada tahap TTAD, petani membuka lahan, melakukan pemetaan lahan, membuat pengaturan tata letak tanam, membuat rintisan, mendongkel sisa-sisa pohon, membuat petak-petak lahan, dan melakukan penanaman naungan sementara dan naungan tetap. Setelah itu, petani melakukan tahap TTI di lahan perkebunan. Hal ini dilakukan dengan memindahkan bibit prima yang berusia 12 bulan untuk ditanam di lahan.

Baca juga: Karakteristik Kopi Robusta yang Perlu Anda Ketahui!

Kemudian, petani cukup menunggu hingga menjalani tahap TBM. Umumnya, tahap ini memiliki beberapa kendala. Berikut ini adalah kendala-kendala tersebut dan cara mengatasinya

Tanaman diserang uret

Salah satu masalah yang dihadapi petani kopi pada masa TBM adalah adanya serangan uret. Tanaman yang terkena serangan uret ini biasanya ditandai dengan batangnya yang kerdil dan tidak kuat, terdapat bekas digerek di bagian akar, dan daunnya yang layu serta menguning di bagian ujung.

Untuk mengendalikan masalah ini, petani dapat melakukannya dengan cara mekanis, yaitu mengumpulkan larva uret bersamaan dengan saat petani melakukan pengolahan lahan. Selain itu, cara kimiawi juga dapat menjadi solusi, yaitu dengan menggemburkan tanah di daerah perakaran tanaman lalu mencampurkan insektisida ke dalamnya.

Penggunaan mulsa organik yang kurang tepat

Masalah pada tahap TBM kopi juga sering terjadi karena petani menggunakan teknik yang kurang tepat dalam penerapan mulsa organik hasil penyiangan. Secara mendasar, penggunaan mulsa organik ini biasanya dimanfaatkan untuk menutupi tanah dan mengurangi penguapan. Oleh karena itu, mulsa organik sebaiknya digunakan pada saat musim kemarau supaya tidak memunculkan hama dan penyakit.

Pada tahap TBM kopi, sebaiknya mulsa yang digunakan adalah daun kering. Selain untuk menekan gulma di sekitar area penanaman, mulsa kering dapat menumbuhkan perakaran baru dari bagian batang bawah. Hal ini disebabkan oleh kemampuan akar untuk menyerap unsur hara dari daun yang kering, terutama yang telah hancur, lebih tinggi.

Baca juga: Kopi Rengganis, Kopi Manis dari Bumi Nusantara

Naungan tetap tidak tumbuh dengan optimal

Lamtoro sebagai tanaman naungan kopi
Lamtoro sebagai naungan tetap untuk tanaman kopi

Dalam penanaman kopi, tanaman naungan tetap yang biasa digunakan adalah lamtoro. Jika tanaman ini menggugurkan daun, maka fungsinya sebagai pemberi naungan pada tanaman kopi tidak akan berjalan dengan maksimal.

Selain daun tanaman naungan yang gugur, masalah umum yang biasanya ditemukan di kalangan petani kopi adalah pemanfaatan naungan yang tidak tumbuh dengan rapat. Kedua masalah ini tentu akan mengganggu proses perkembangan tanaman kopi. Hal ini  disebabkan oleh tanaman kopi hanya memerlukan intensitas cahaya yang rendah untuk pertumbuhannya.

Oleh karena itu, sebaiknya petani memastikan agar tanaman naungan yang digunakan untuk melindungi tanaman kopinya berfungsi dengan maksimal. Hal lain yang dapat dilakukan petani adalah dengan menanam tanaman naungan sementara seperti kepro dan legum di sela-sela tanaman kopi.

Kedua jenis tanaman ini akan mati secara alami setelah dua tahun dan sisanya bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Tentu saja kedua jenis tanaman ini harus sudah ditanam pada tahap TTAD sehingga daunnya sudah cukup rimbun untuk melindungi tanaman kopi pada tahap TTI.

Penggunaan bahan-bahan kimia yang berlebihan

ancaman terhadap penggunaan pupuk kimia

Untuk semua tanaman pertanian, penggunaan bahan kimia yang berlebihan memang cenderung akan merusak tanaman. Hal yang sama berlaku pada budidaya tanaman kopi.

Dalam tahap ini, biasanya petani menggunakan bahan-bahan kimia untuk membunuh gulma yang tumbuh di sekitar tanaman. Jika tanaman kopi belum terlalu tinggi, petani sebaiknya melakukan penyiangan secara manual sehingga penggunaan bahan-bahan kimia untuk membunuh gulma dapat diminimalisir.

Baca: Cerita Dosen Sekaligus Petani Kopi

Penulis: Hutri Cika Berutu 


Sudah download aplikasi Pak Tani Digital? Klik di 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.