Sudahkah Anda Memupuk dengan Dosis yang Tepat?

Berbicara mengenai bagaimana petani bercocok tanam di lapangan, bisa dikatakan, kebanyakan para petani hanya mengandalkan naluri dan pengalaman semata. Mengingat rata-rata tingkat pendidikan petani Indonesia bukanlah lulusan sekolah pertanian.

Salah satunya adalah mengenai pupuk. Masih ada petani yang menganggap pupuk itu hanya pupuk urea. Karena menginginkan hasil panen yang banyak, pupuk urea pun ditambahkan ke tanaman secara berlebihan tanpa tahu efek sampingnya.

Di samping hal demikian, beberapa petani yang mengenal bermacam-macam pupuk pun, mencampur pupuk A + pupuk B + pupuk C tanpa mempertimbangkan kerugiannya setelah antar bahan aktif tersebut bereaksi. Namanya bahan kimia, tentunya tidak seperti duit, yang ketika ditambah-tambahkan akan semakin menguntungkan.

Baca: Keuntungan dan Perkembangan Pertanian Organik di Indonesia

Maka dari itu, kali ini Pak Tani Digital ingin berbagi info seputar efek samping dari pemupukan yang berlebihan dan bagaimana kita mengukur kebutuhan nitrogen tanaman budidaya dengan cara yang sederhana dan tidak butuh modal besar.

Akibat Penggunaan Pupuk yang Berlebihan

Dosis yang tidak tepat dalam pemupukan tidak hanya mengancam tanaman, tetapi juga lingkungan di sekitarnya. Berikut ini adalah ringkasan akibat-akibat yang kemudian akan muncul.

Boros biaya operasional

Pupuk yang ditambahkan secara berlebihan tidak akan diserap oleh tanaman sekalipun kandungannya berupa nutrien esensial. Tanaman, seperti halnya manusia, hanya mengambil secukupnya saja unsur hara dari lingkungannya. Kelebihan pupuk tersebut akan terbuang sia-sia, padahal sudah mengeluarkan biaya untuk membelinya.

Berdampak racun bagi tanaman

Pupuk yang mengandung kalium dan tersedia berlebihan menyebabkan ketidakseimbangan basa dan dapat merusak tanaman. Selain itu, kadar kalsium dan magnesium yang berlebihan di tanah menyebabkan pH tanah terlalu basa sehingga beberapa unsur hara menjadi tidak tersedia untuk tanaman. Singkatnya, ketika semakin banyak pupuk yang ditambahkan (hingga melewati ambang batas), tanaman bukanlah semakin sehat.

Mikroorganisme dan cacing tanah terganggu

Tanaman bukanlah satu-satunya makhluk hidup yang bergantung pada tanah. Ada mikroorganisme (bakteri dan jamur) dan cacing tanah yang hidup di tanah. Ketika pupuk yang berlebihan ditaburkan, misalkan pupuk urea, tanah menjadi masam. Akibatnya, tanah menjadi lebih keras dan tidak gembur. Mikroorganisme dan cacing terhambat aktivitasnya. Dan, perlu diketahui, mikroorganisme dan cacing juga menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman budidaya.

Kualitas air di sekitar lahan pertanian memburuk

Perairan di Sekitar Sawah
Sumber : Generasi Biologi

Ketika terjadi hujan, sisa pupuk yang tidak diserap oleh akar tanaman terbawa oleh aliran air hujan menuju badan air yang lebih besar seperti danau ataupun sungai. Pupuk yang mengandung nutrien dimanfaatkan oleh tanaman air yang ada di danau ataupun sungai sehingga pertumbuhannya pun subur. Keberadaan tanaman air, seperti eceng gondok yang menutupi permukaan perairan, mengurangi kandungan oksigen di perairan.

Baca: Meningkatkan Pendapatan Petani dengan Pola Tanam Polikultur

Bagan Warna Daun, Petunjuk Dosis Pupuk N yang Tanaman Butuhkan

Bagan Warna Daun
Sumber : IRRI

Tanaman dapat tumbuh dengan baik, salah satunya karena kandungan N (Nitrogen) terpenuhi dengan optimal. Gejala kekurangan N yang paling jelas dan biasanya terlihat adalah berkurangnya warna hijau pada dedaunan. Daun menjadi lebih pucat, menguning, dan untuk kondisi yang lebih parah, daun pun menjadi gugur.

Dalam pemberian unsur N ke tanaman, petani tentunya menambahkan pupuk bernitrogen, seperti urea. Untuk mengukur apakah tanaman kekurangan nitrogen atau tidak, petani umumnya menerka-nerka apakah warna hijaunya sudah pas atau belum. Kalau dirasa belum mantap, maka pupuk urea akan terus ditambahkan. Kondisi demikian sering menyebabkan tanaman kelebihan nitrogen (warna daunnya terlalu hijau).

Untuk menghindari hal demikian, disediakan Bagan Warna Daun (BWD), yaitu bagan skala warna yang tersusun dari hijau kekuningan sampai hijau tua, sesuai dengan warna-warna daun di lapangan. BWD dapat digunakan untuk mengukur warna daun dengan cara mencocokkannya. Bila suatu nilai warna daun lebih rendah dari batas kritis (warna daun sehat), maka tanaman memerlukan pupuk N tambahan.

Saat ini, BWD tersedia untuk tanaman padi dan tanaman jagung. Untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana penggunaan BWD pada tanaman dan informasi apa saja yang bisa kita dapatkan setelahnya, dapat diakses dari link berikut : http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/12/bwd.pdf (BWD Jagung) dan http://bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/bwdpadi.pdf (BWD Padi).

Baca: 5 Dampak Berbahaya, Stop ‘Kecanduan’ Pupuk Kimia!

Penulis: Junita Solin
Mahasiswa Agronomi Universitas Gadjah Mada

Sumber gambar: palembang.tribunnews.com


Sudah download aplikasi Pak Tani Digital? Klik di sini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.