Startup Sosial Petani Indonesia
Tiga kebutuhan pokok orang banyak yakni sandang, pangan, dan papan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi. Dalam konteks ini, pangan menunjang keberlangsungan suatu negara lewat pertanian. Namun, masalahnya adalah apakah pemenuhan akan pangan sudah dipenuhi oleh pertanian secara cukup? Apakah faktor-faktor pendukung seperti pertanian modern juga sudah cukup membantu dalam menghasilkan kecukupan pangan nasional?
Pangan yang berkualitas tidak dihasilkan semata dengan sekedar mencangkul tanah, memilih bibit atau menyiram tanaman semata untuk diolah menjadi makanan. Namun, lebih dari itu, pangan yang berkualitas harus melewati tantangan yang cukup berat demi menghasilkan kualitas yang sepadan.
Menurut penilaian Himpunan Kerukunan Tani Indonesia, ada 5 faktor pertanian yang menjadi kendala untuk menciptakan produktivitas pertanian yang handal. Salah satu perhatian utama dari kelima faktor tersebut adalah penerapan teknologi pertanian. Penerapan teknologi pertanian ini tidak hanya membahas persoalan jangka pendek, namun juga jangka panjang.
Baca Juga : Mengenal Teknologi Agrikultur Modern yang Bermanfaat Bagi Petani
Pertanian modern tak hanya membicarakan bagaimana canggihnya teknologi yang digunakan dalam bidang pertanian, namun lebih dari itu. Kesiapan para petani untuk menghadapi perubahan dalam beradaptasi dengan teknologi membutuhkan perhatian serius.
Manfaat Penerapan
Seiring waktu berjalan, pertanian modern sudah pasti akan membawa dampak yang bagus bagi masyarakat karena akan membantu mempersingkat waktu, mempermudah para petani dalam mengerjakan segala sesuatu dalam pertanian.
Tidak perlu repot-repot, dibantu oleh mesin pembajak sawah saja, petani sudah menghemat waktu sangat banyak dan tenaga yang terbuang tidak banyak. Dengan demikian, petani justru lebih terbantu karena pekerjaan-pekerjaan yang melelahkan tersebut dapat diselesaikan dengan teknologi yang hasilnya lebih maksimal dari sebelumnya.
Namun sayangnya, tidak semua orang beranggapan demikian, penerapan pertanian modern justru dipandang akan menggantikan sistem yang telah ada. Menggantikan di sini, dalam arti, tidak menggunakan sistem yang sudah ada dahulu. Padahal, teknologi pertanian justru melengkapi pola pertanian yang sudah berjalan sembari menciptakan sistem pertanian terpadu antara pertanian dan industri.
Jika hal-hal ini berjalan dengan baik, maka tidak hanya mempengaruhi kuantitas, namun kualitas juga akan membaik.
Baca Juga : Melihat Perkembangan Pertanian Tomat Modern di Gurun
Penerapan Internet of Things (IoT) Dalam Pertanian Modern
Pertanian dapat maju karena perencanaan dan penerapan pertanian modern yang dapat berjalan karena adanya unsur teknologi. Namun, masalahnya adalah apakah teknologi mampu menciptakan industri pertanian yang efektif dan efisien?
Semakin hari, kita melihat bahwa berbagai terobosan inovasi ditawarkan dalam bidang pertanian agar dapat bertransformasi menjadi pertanian modern. Tapi, tetap saja, teknologi tak lepas dari infrastruktur internet yang memadai untuk menunjang kebutuhan pertanian modern.

Mari lihat Jepang, negara tersebut sudah memanfaatkan teknologi hasil panen dengan meletakkan sensor monitoring pada tanaman mereka. Sensor yang beragam memiliki fungsi-fungsi yang berbeda. Ada yang memdeteksi tingkat kelembapan, prediksi waktu hujan, hingga memprediksi masa panen. Hasil-hasil output data tersebut dihasilkan oleh sensor-sensor yang dipantau menggunakan Smartphone atau PC tablet.
Data yang dihasilkan oleh sensor tersebut nantinya akan diolah dan tersimpan di cloud sebagai database, yang bisa dimanfaatkan untuk membaca tren ketika akan memulai masa tanam berikutnya. Selain itu, hal ini juga memudahkan untuk mengakses data dari mana saja dan kapan saja. Sungguh sangat membantu petani untuk hal efisiensi dan efektivitas pertanian.
Antisipasi Gagal Panen
Teknologi sistem pertanian ini sudah diterapkan oleh sejumlah instansi pertanian yang ada di Jepang. Sebagai contoh Fukuhara, Shinpuku Seikam Aeon Agri Create, dan Sowakajeun yang berkolaborasi dengan perusahaan IT asal Jepang, Fujitsu.
Selain untuk menjaga kualitas hasil panen, pemanfaatan teknologi di bidang pertanian juga dapat membantu untuk mencegah gagal panen yang biasanya diakibatkan oleh kondisi cuaca yang tak terduga.
Baca Juga : Pentingkah Strategi Adaptasi Perubahan Iklim Di Sektor Pertanian?
Mari kita lihat di Indonesia. Beberapa waktu silam, BMKG telah mengeluarkan peringatan dini bahwa tahun 2019 berpotensi akan terjadi kemarau ekstrim. Kemarau ekstrim ini berlangsung hingga September dengan puncaknya pada bulan Agustus. Tak hanya itu, BMKG juga menyatakan bahwa sudah satu bulan Pulau Jawa dan Nusa Tenggara kekeringan. Kekeringan ini disebabkan karena hujan tidak turun.
Alhasil, sebanyak 9.358 hektar sawah padi yang tersebar di Pulau Jawa dan Nusa Tenggara justru mengalami gagal panen. Kondisi ini didukung data dari InaRisk, Badan Nasional Penganggulangan Bencana (BNPB). Data menyebutkan bahwa risiko kekeringan di Indonesia mencapai 11,77 juta hektare tiap tahunnya dan berpotensi menimpa 28 provinsi.
Bila akhirnya penyematan teknologi dalam industri pertanian sudah terwujud, antisipasi menghadapi gagal panen yang disebabkan faktor alam tentu setidaknya bisa diminimalisir dengan data-data yang berasal dari sensor.
Nah, bagaimana menurut kamu sobat PTD?
Disadur dari Kompasiana Oleh penulis Super Locrian
Gambar oleh Pixabay
Sudah download aplikasi Pak Tani Digital? Klik di .