Siapkah Indonesia Dengan Resesi Ekonomi ?

Berikut informasi dari Pak Tani Digital mengenai pengenalan lebih dalam tentang kondisi negara saat resesi ekonomi terjadi.

Resesi Ekonomi

Pandemi virus corona telah menyerang pertumbuhan ekonomi di setiap negara, sejumlah negara kini melaporkan terjadinya resesi ekonomi.

Mulai dari Korea Selatan, Jerman, Singapura, Perancis, Italia, hingga Amerika Serikat. Termasuk pula Indonesia yang tengah mengalami resesi ekonomi.

Mengenal Resesi Ekonomi

resesi
kompasiana.com

Baca juga: Resesi Ekonomi di Indonesia Saat Pandemi Covid-19

Suatu negara yang dikatakan terkena resesi adalah ketika terjadi penurunan pada Produk Domestik Bruto (PDB), merosotnya pendapatan riil, jumlah lapangan kerja, penjualan ritel, dan terpuruknya industri manufaktur.

Atau singkatnya pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal secara berturut-turut atau lebih dari satu tahun.

Resesi dapat dilihat  melalui tanda-tanda seperti penjualan yang merosot turun bahkan hampir anjlok, pusat perbelanjaan yang  besar seperti mal yang sepi

Yang membuat masyarakat sulit memenuhi kebutuhannya ditambah lagi di dunia perbankan terjadi peningkatan angka kredit macet alias non performing loan (NPL).

Sementara, di Pemerintah dapat dilihat dengan meningkat angka utang luar negri.

Selama resesi, ekonomi berjuang, orang kehilangan pekerjaan, perusahaan membuat lebih sedikit penjualan dan output ekonomi negara secara keseluruhan menurun.

Para ahli menyatakan resesi terjadi ketika ekonomi suatu negara mengalami:

  1. produk domestik bruto negatif (PDB) negatif
  2. meningkatnya tingkat pengangguran
  3. penurunan penjualan ritel
  4. ukuran pendapatan
  5. manufaktur yang berkontraksi untuk periode waktu yang panjang

Faktor Penyebab Terjadinya Resesi

Resesi dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, berikut di antaranya:

Guncangan Ekonomi

Ini terjadi ketika ekonomi yang tiba-tiba menyerang keuangan dan perekonomian suatu negara yang berakibat mematikan ekonomi di seluruh dunia.

Utang yang Berlebihan

Ketika individu atau bisnis berutang terlalu banyak yang mengakibatkan hilangnya kepercayaan pasa investor mengenai kemampuan perusahaan untuk mengelola modal.

Sehingga pada titik untuk melunasi utang perusahaan tidak dapat lagi membayar tagihannya.

Gelembung Aset

Ini terjadi pada ketika harga aset berinvestasi di bidang properti seperti rumah dan tanah yang biasanya cenderung meningkat setiap tahun malah menurun.

Jatuhnya harga dan penjualan rumah akibat nilai properti yang terpuruk tak hanya merugikan pemilik properti saja, tetapi juga berimbas pada perbankan.

Bank akan kehilangan uang pada derivatif yang didasarkan pada nilai properti.

Akibatnya, hal ini bisa berakhir pada penyitaan aset, yang bisa menjadi penyebab dari terjadinya resesi.

Inflasi yang Tinggi

Inflasi adalah tren harga yang stabil dan naik seiring waktu. Inflasi bukanlah hal yang buruk, tetapi inflasi yang berlebihan adalah kondisi yang berbahaya.

Pada kondisi tertentu inflasi yang terlalu tinggi justru menurunkan daya beli masyarakat. Akibatnya, jumlah barang dan jasa yang mampu dibeli dengan jumlah uang yang sama seperti sebelumnya semakin sedikit.

Terjadinya inflasi dipicu oleh biaya produksi yang meningkat, biaya energi yang lebih tinggi, dan utang nasional.

Ketika inflasi terjadi, masyarakat cenderung lebih berhati-hati dalam membelanjakan uangnya dan emmilih untuk menghemat.

Pembatasan pengeluaran ini terjadi pada perusahaan yang memutuskan hubungan kerja untuk menjaga perusahaan agar bertahan. Kombinasi dari dampak inflasi inilah yang menyebabkan ekonomi jatuh ke dalam resesi.

Deflasi yang Tinggi

Deflasi merupakan kebalikan dari inflasi. Meski demikian, bukan berarti deflasi baik bagi perekonomian suatu negara.

Ketika harga barang dan jasa menurun dari waktu ke waktu, dampak yang ditimbulkan bisa jadi lebih buruk dibandingkan inflasi.

Dengan turunnya harga barang dan jasa di satu sisi akan lebih mempermudah masyarakat untuk membelinya.

Namun, kenyataannya masyarakat justru menunggu turunnya harga barang dan jasa pada titik yang lebih rendah. Akibatnya, permintaan terhadap barang dan jasa tersebut turun, sehingga terjadinya resesi.

Perubahan Teknologi

Penemuan baru meningkatkan produktivitas dan membantu perekonomian dalam jangka panjang, tetapi mungkin ada periode jangka pendek penyesuaian terhadap terobosan teknologi.

Teknologi akan menyebabkan banyaknya SDM yang digantikan oleh teknologi yang akan memicu banyak pengangguran dan timbulnya resesi.

resesi
detik.com

Baca juga: PDB Sektor Pertanian Positif Saat Ekonomi RI Terpuruk

Dampak Resesi

Apabila investasi merosot turun saat resesi, maka secara otomatis akan menghilangkan sejumlah lapangan pekerjaan yang membuat angka pemutusan hubungan kerja (PHK) naik terlalu cepat.

Produksi atas barang dan jasa juga merosot sehingga menurunkan PDB nasional. Jika tak segera diatasi, efek domino resesi akan menyebar ke berbagai sektor.

Efek tersebut bisa berupa macetnya kredit perbankan hingga inflasi yang sulit dikendalikan atau sebaliknya terjadi deflasi.

Juga, neraca perdagangan yang minus dan berimbas langsung pada cadangan devisa.

Dalam skala riil, banyak orang kehilangan rumah karena tak sanggup membayar cicilan, daya beli melemah. Lalu, banyak bisnis terpaksa harus gulung tikar.

Siapkah Indonesia Menghadapi Resesi ?

Indonesia harus bersiap mengalami gelombang pertumbuhan ekonomi yang lebih dalam apabila Covid-19 terus terjadi. Karena ketika ekonomi sudah terjatuh terlalu dalam maka akan sulit untuk melakukan pemulihan.

Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini minus 2,8 persen dengan asumsi lonjakan kasus pandemi Covid-19 di dalam negeri telah terjadi pada pertengahan April.

Pola pemulihan ekonomi RI tak membentuk huruf V, tetapi cenderung bergelombang. Dalam laporan bertajuk World Economy on a Tightrope itu.

OECD memperingatkan pemerintah untuk berhati-hati melonggarkan pembatasan sosial karena jalan menuju pemulihan ekonomi masih sangat tidak pasti dan rentan terhadap gelombang infeksi kedua Covid-19.

Konsekuensi pemulihannya akan lebih berat dan lama. Risiko gelombang kedua Covid-19 juga menghantui hampir semua negara di dunia.


Itulah informasi mengenai resesi ekonomi yang telah menyerang berbagai negara di seluruh dunia. Semoga informasi yang diberikan bermanfaat ya sobat PTD!

Baca juga: Tarif PPN Produk Pertanian Tertentu Menjadi Turun

Sumber: Kompas.com

Ingin menjual hasil panen kamu langsung ke pembeli akhir? Silahkan download aplikasi Marketplace Pertanian Pak Tani Digital di sini.

Butuh artikel pertanian atau berita pertanian terbaru? Langsung saja klik di sini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.