4 Solusi untuk Pemerintah Dalam Mencetak Petani Milenial

Milenial menjadi salah satu kata yang populer di negara kita. Sebutan untuk generasi muda di zaman sekarang yang identik dengan manusia modern, kekinian, dan menyukai apa saja yang berbau teknologi canggih. Generasi milenial hadir di tiap bidang kehidupan manusia, tak terkecuali pertanian. Pertanyaannya adalah siapakah petani milenial itu?

Hanya sedikit kaum milenial yang tertarik di bidang pertanian. Sebagian besar lainnya lebih memilih bidang lain. Ada beberapa alasan mengerucut yang menjadi dasar mengapa para kaum muda tidak tertarik menekuni bidang pertanian.

Sebut saja, profesi petani yang dianggap ndeso dan tidak memberikan keuntungan banyak, sehingga kesejahteraannya di masa depan kurang terjamin. Ada juga yang beralasan bidang petanian jauh dari kata teknologi canggih, sehingga terkesan kuno dan membosankan.

Lalu, apa yang harus dilakukan, dalam hal ini pemerintah, agar bisa membujuk kaum muda untuk menjadi petani milenial? Untuk mengetahui jawaban sekaligus solusinya, mari simak pembahasannya di bawah ini.

Memberikan insentif yang menarik

Insentif yang dimaksud bukan uang tunai, tetapi dalam bentuk lain. Misalnya, asuransi kesehatan khusus pertani, asuransi pertanian, pemberian subsidi, dan bantuan-bantuan lainnya yang dapat meringankan beban keuangan petani.

Dengan begitu, kesejahteraan petani dapat meningkat dan bisa menarik generasi muda sekarang untuk menggeluti bidang pertanian. Namun, yang lebih penting adalah memberikan contoh atau teladan petani milenial yang berhasil mencicipi kesuksesannya. Meskipun masih muda, tetapi sudah sukses sebagai petani.

Baca: Petani Muda Sukses di Era Milenial

Pemerintah bersama stakeholder-nya harus mau dan mampu melakukannya.

Mengeluarkan kebijakan yang pro petani

Hal ini dikhususkan untuk petani kecil yang mulai merintis dan menjalankan usaha pertaniannya dari nol. Mereka yang berani mencoba untuk bertani cukup percaya diri bahwa bisnis yang dilakukannya dapat bertahan lama karena didukung oleh modal uang yang mencukupi. Sementara yang tidak punya modal uang yang cukup, tak berani berbisnis di bidang pertanian.

Maka dari itu, pemerintah harus bisa membantu para petani kecil dengan kebijakan yang sangat membantu. Misalnya, bantuan modal keuangan dan mendirikan koperasi pertanian yang benar-benar membantu petani kecil. Programnya berpihak dan membantu petani apa adanya.

Jika benar-benar ada dan sudah dijalankan dengan sebaik-baiknya, pasti banyak petani Indonesia yang sukses dan makmur. Kondisi tersebut akan menarik generasi milenial untuk ikut bergabung dan terjun ke bidang pertanian.

Mendukung inovasi teknologi pertanian

Petani di Era Teknologi DigitalPerkembangan teknologi canggih juga berdampak pada bidang pertanian. Proses bertani secara luas sudah melibatkan beragam peralatan modern, berteknologi canggih, serta berbasis komputerisasi. Kaum muda yang tidak gagap teknologi (gaptek) akan menyukai apa saja yang berbau komputerisasi, teknologi internet, dan gadget.

Jika ingin mencetak banyak petani milenial, pemerintah harus mendukung beragam penemuan dan inovasi di bidang pertanian. Dengan begitu, banyak anak  muda yang mungkin masih duduk di bangku SMA atau sudah kuliah tertarik untuk menekuninya. Sebagai contoh, metode indoor farming atau bertani di dalam rumah, seperti hidroponik, aquaponik, dll. Teknis bercocok tanamnya bisa melibatkan software atau program komputer yang bisa diaplikasikan di gadget.

Baca: Indoor Farming, Wujud Pertanian Masa Depan yang Modern

Di negara-negara Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang yang bidang pertaniannya sudah maju, tidak sedikit petani indoor farming yang mempraktikkan dan mengaplikasikan hal tersebut.

Rutin mengadakan pendidikan dan pelatihan

Yang terakhir adalah mengadakan pendidikan dan pelatihan di bidang pertanian yang khususnya menyasar siswa SMA/sederajat, mahasiswa semua fakultas/jurusan, dan masyarakat pada umumnya. Tujuan diselenggarakan kegiatan tersebut adalah untuk menarik minat banyak orang terutama kaum milenial agar mau menekuni bidang pertanian.

Tentu saja kegiatannya dibuat semenarik mungkin, melibatkan teknologi canggih, santai, kerja nyata, aktif, dan ada tantangan tersendiri. Hal  itu yang membuat generasi milenial tertarik dan mau ikut.

Nah, pemerintah, dalam hal ini kementerian terkait, perlu merancang dan melaksanakan kegiatan tersebut.


Itulah beberapa solusi praktis dan nyata untuk menarik minat kaum muda milenial terjun ke bidang pertanian. Pasalnya, menjadi petani milenial itu tidak ada ruginya, malahan sangat menguntungkan jika mau serius menekuninya.

Baca: Belajar dari Kiyoto Saito, Sang Petani Muda Jepang yang Modis

Sumber referensi: watyutink.com, swadayaonline.com

Penulis: Arifin Totok


Sudah download aplikasi Pak Tani Digital? Klik di sini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.