Startup Sosial Petani Indonesia
Pada akhir April 2018 kemarin, Pak Tani Digital mengadakan acara Diskusi Panel yang pertama sekali diadakan di Penang Corner, Medan, Sumatera Utara.
Diskusi panel kali ini membahas seputar Inovasi Pertanian dan Regenerasi Petani Muda di Era Digital Edisi 1.
Keadaan Dunia dan Petani di Indonesia
Setelah krisis ekonomi dan sejak tahun 2000, Indonesia terus mencatat pertumbuhan ekonomi rerata 5%/tahun. Pertumbuhan positif tersebut menumbuhkan masyarakat kelas menengah baru di Indonesia. Berdasarkan perhitungan Bank Dunia pada tahun 2010, jumlah kelas menengah di Indonesia sudah mencapai 134 juta orang atau 56.5% dari total penduduk Indonesia dan pertumbuhan tersebut mencapai rerata sekitar 7 juta/tahun sejak tahun 2003.
Namun yang menjadi masalah di kelas menengah adalah keberadaan kaum muda terdidik belum cukup produktif dan berkontribusi siknifikan terhadap masyarakat, khususnya lapisan bawah di pedesaan. Pada umumnya kaum muda di kalangan kelas menengah cenderung memiliki gaya hidup konsumtif. Karenanya, keberhasilan pembangunan kepemudaan terutama dalam menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan memiliki keunggulan daya saing, menjadi salah satu kunci dalam membuka peluang dan kemajuan di berbagai sektor pembangunan dan masa depan Indonesia termasuk bidang pertanian tentunya.
Dalam konteks pertanian, Data BPS tahun 2015 mencatat, sektor pertanian lebih didominasi petani dengan usia lanjut. Kelompok petani usia di bawah 34 tahun atau sebagian besar millenial hanya berjumlah 3,36 juta (12,85%) dari total 26,14 juta. Selebihnya merupakan petani dengan usia 34 tahun ke atas (87,14%). Sementara data lain menyebutkan, usia petani Indonesia pada 2013 terdiri 61,8% berusia lebih 45 tahun, 26% berusia 35-44 tahun dan 12% berusia kurang dari 35 tahun. Secara umum ketimpangan sebaran usia petani diakibatkan profesi petani yang ter-stigma kurang-sejahtera sehingga dapat diduga berkorelasi siknifikan terhadap beberapa data menyangkut regenerasi petani -2%/tahun, NTP (Nilai Tukar Petani) berkisar 101,3 dan jumlah petani guram > 55% dari total jumlah petani yang ada.
Petani Sebagai Sumber yang Menjanjikan
Pertanian, sejatinya merupakan sektor informal yang paling sanggup menampung tenaga kerja terbesar. Luasnya cakupan sektor ini, membuat sektor pertanian menjadi satu- satunya sektor yang bisa menampung tenaga kerja tanpa persyaratan khusus dan kualifikasi pendidikan tertentu. Keterbatasan lahan sebenarnya bukan berarti tidak bisa melakukan kegiatan usaha tani seperti sistim hidroponik, aquaponik, tabulampot (tanam buah dalam pot), tasalamkar (tanam sayur dalam karung) yang merupakan beberapa alternatif budidaya pada lahan terbatas.
Kebutuhan alat pertanian baik yang tradisional (manual) maupun modern (otomatis) yang semakin meningkat, juga membuka peluang penyerapan tenaga kerja di bidang produksi/manufaktur maupun disitribusi alat dan mesin pertanian (alsintan). Demikian juga permintaan konsumen akan berbagai produk pangan olahan, akhirnya membuka peluang kerja di bidang pengolahan hasil pertanian. Bibit atau benih yang menjadi komponen utama dalam budidaya pertanian, juga membuka peluang bagi masyarakat untuk menjadi penangkar bibit atau benih. Meningkatnya kebutuhan bibit dan benih untuk mendukung berbagai program pengembangan komoditi pertanian, juga menjadi peluang usaha bagi mereka yang tidak memiliki lahan pertanian yang luas, karena untuk usaha penangkaran bibit dan benih skala kecil atau menengah, tidak membutuhkan lahan yang luas.
Kemudian limbah pertanian yang selama ini nyaris belum termanfaatkan, juga bisa mejadi peluang usaha bagi mereka yang selama ini mengeluhkan sulitnya mendapatkan lapangan kerja. Dengan sedikit keterampilan mengolah limbah pertanian menjadi pupuk organik padat seperti pupuk kandang, kompos dan bokashi, limbah pertanian tersubut dapat diolah menjadi produk bisnis juga. Jika limbah pertanian tersebut kemudian di olah menjadipupuk organik cair, nilai ekonomisnya dapat meningkat beberapa kali lipat, apalagi permintaan akan pupuk organik saat ini semakian meningkat seiring dengan tren pertanian organik.
Inovasi Pertanian dan Trendnya
Inovasi pertanian yang berkaitan dengan digitalisasi akibat lompatan 4 pilar digitalisasi menyangkut teknologi cloud, big data, mobile device dan massif-nya pertumbuhan pengguna sosial media juga membuka ruang-ruang luas bagi inovasi pertanian. Data 2017 menunjukkan pengguna internet di Indonesia sudah mencapai 143,26 juta dari 262 juta (54,68%) dan ponsel pintar yang beredar sudah mencapai 120 juta unit dan jumlah SIM Card yang beredar sudah melebihi penduduk Indonesia sendiri.
Jumlah millenial sendiri di 2020 sudah mencapai sekitar 86 juta orang. Potensi pasar digital Indonesia bahkan lebih besar 2,5x lipat dibanding Malaysia dan sekitar 25x lipat dibanding Singapura. Demikian juga perkembangan lembaga-lembaga keuangan bermodel fintech-crowd funding/lending mulai bermunculan hingga e-commerce/marketplace pertanian. Dunia yang memasuki internet gelombang ke-3 serta revolusi industri 4.0 yang bakal memunculkan peran penting bagi perkembangan Internet of Things (IoT), Artificial Intelegence, Machine Learning, dsb. Tentunya hal ini makin membuka kesempatan yang sangat luas bagi inovasi bidang pertanian di segala lini.