Startup Sosial Petani Indonesia
Masyarakat lebih melihat jumlah komoditas ekspor pertanian lebih kecil dibanding impornya. Hal itu disebabkan karena mereka lebih banyak membaca/menonton berita-berita yang menyuguhkan impor pertanian yang dilakukan oleh pemerintah sekarang.
Sebagai contoh, berita impor beras dari luar negeri yang pernah menjadi polemik, hingga menyeret 2 kepala institusi yang mengurusi komoditas pangan ini, yaitu Kepala Bulog dan Menteri Perdagangan. Berita semacam itu menjadi daya tarik banyak orang dan seakan-akan pemerintah hanya melakukan impor saja, tetapi minim ekspor.
Padahal pemerintah juga memaksimalkan ekspor beragam komoditas di berbagai bidang, khusus pertanian misalnya, jagung, kelapa sawit, hingga buah manggis. Namun, sayangnya, ekspor pertanian yang digalakkan sepertinya belum menyentuh kesejahteraan petani di Indonesia pada umumnya.
Jika dipikir secara logika, semakin banyak komoditas pertanian yang diekspor ke luar negeri, maka otomatis penghasilan dari petani yang mengolah dan memanen komoditas pertanian hingga mampu diekspor juga semakin meningkat. Jika penghasilannya semakin meningkat, kesejahteraan para kaum tani secara umum juga meningkat.
Pertanyaannya, apakah kondisi petani di Indonesia sudah seperti itu dilihat dari tingkat ekspor komoditas pertaniannya? Sudah seharusnya pemerintah bersama stakeholder-nya makin menggenjot atau meningkatkan ekspor pertanian untuk menyejahterakan para petani Indonesia. Lalu, bagaimana caranya? Berikut ini akan sedikit dibahas tentang cara meningkatkan ekspor komoditi pertanian.
Lebih intensif mempromosikan dan menjalin kerja sama
Diibaratkan seperti berjualan beragam hasil pertanian di pasar agar semakin banyak konsumen yang tertarik untuk membelinya. Mulai dari bahan pokok makanan, sayuran, buah-buahan, dan lain sebagainya. Ada berbagai cara mempromosikannya yang bisa dilakukan secara sederhana hingga melibatkan teknologi internet di dunia maya.
Begitu juga kaitannya dengan meningkatkan ekspor pertanian Indonesia dengan menjual beragam komoditas pertanian kepada negara-negara lain. Untuk mempromosikan komoditas tersebut, tentu ada caranya tersendiri.
Dimulai dari hubungan diplomatik yang baik antara Indonesia dengan negara-negara lain di dunia. Dilanjutkan dengan menjalin kerja sama dalam bidang perdagangan dan pertanian dimana di dalamnya termasuk kegiatan ekspor-impor komoditas pertanian. Tentu saja, harga untuk komoditas pertanian yang diekspor tersebut harus sesuai dengan harga internasional dan menguntungkan.
Baca: Ekspor Hasil Pertanian Itu Tidak Seribet Yang Kita Pikir
Menerapkan teknologi untuk produk ekspor
Sebagai contoh, Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) menandatangani nota kerja sama dengan Badan Tenaga Nuklie Nasional (Batan) mengenai pemanfaatan teknologi iradiasi untuk karantina komoditas Indonesia yang akan diekspor ke berbagai negara.
Hal itu disebabkan oleh beberapa negara tujuan ekspor seperti Amerika Serikat, Pakistan, Vietnam, dan India mengharuskan penerapan iradiasi untuk semua komoditas pertanian yang masuk ke negara tersebut. Tujuannya supaya produk hasil pertanian terbebas dari residu atau zat kimia berbahaya karena penggunaan insektisida, pestisida, atau sejenisnya. Selain itu, iradiasi bisa diterapkan pada produk pangan segar, seperti buah dan sayur, bahkan tidak akan merusak kualitasnya.

Itulah salah satu contoh penerapan teknologi tepat guna dalam mendukung proses ekspor ke negara lain. Dengan teknologi tersebut, komoditas pertanian Indonesia diterima dengan kuantitas dan kualitas terjamin. Selain iradiasi, beragam teknologi tepat guna bisa diaplikasikan untuk komoditas pertanian agar semakin besar dan luas ekspor pertanian di Indonesia.
Mempermudah proses ekspor komoditas pertanian
Untuk yang satu ini, regulasi atau peraturan dari pemerintah yang lebih berperan. Perizinan dan urusan birokrasi yang berkaitan dengan proses ekspor pertanian sudah seharusnya dipangkas dan tidak ada pungutan liar (pungli) lagi.
Selain itu, harus ada komitmen serius dari pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Pertanian, untuk melindungi produk-produk asli pertanian Indonesia. Artinya, pemerintah jangan ‘bermuka dua’ dalam hal ini. Di satu sisi, pemerintah serius menggenjot ekspor komoditas pertanian, tetapi di sisi lain pemerintah juga masih mengimpor beberapa komoditas pertanian yang dirasakan tidak perlu dilakukan dengan alasan kurang masuk akal. Hal semacam itu malahan membuat kepercayaan diri para petani menurun.
Membekali petani Indonesia tentang prosedur ekspor
Pengetahuan tentang prosedur ekspor perlu disosialisasikan lebih intensif kepada petani. Petani di sini bukan hanya mereka yang menggarap lahan pertanian saja, tetapi para pengusaha yang menggeluti di bidang pertanian. Bukan tidak mungkin masih ada pengusaha yang belum tahu atau paham prosedur ekspor pertanian, khususnya pada perizinan dan pernak-perniknya.
Oleh karena itu, pemerintah harus lebih gencar untuk mensosialisasikan hal tersebut. Dengan begitu, pengusaha dan petani semakin bersemangat serta tidak ragu lagi saat ingin mengekspor produk pertanian yang dimilikinya.
Baca: 4 Langkah Tata Cara Ekspor untuk Pemula
Itulah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan ekspor pertanian di Indonesia. Tujuannya bukan hanya untuk meningkatkan devisa negara saja, tetapi juga menyejahterakan semua petani di Indonesia.
Penulis: Arifin Totok
Sudah download aplikasi Pak Tani Digital belum? Silahkan download di .