Startup Sosial Petani Indonesia
Perkembangan teknologi digital zaman sekarang juga mempengaruhi bidang kehidupan yang sudah ada sejak lama, yaitu pertanian. Nah, bagaimana kearifan lokal pertanian Indonesia dalam zaman digital ini?
Sejak manusia masih mengandalkan tenaga manual pertanian hingga kini teknologi digital dalam era revolusi industri 4.0, interaksi manusia dengan pertanian tidak pernah terputus sebagai sumber kehidupan.
Pertumbuhan penduduk dan kebutuhan di dalamnya telah ikut mengubah cara bertani dari masa ke masa, seiring dengan perubahan pola pandang manusia terhadap pertanian.
Kearifan Lokal Pertanian Indonesia
Di tengah menggeliatnya teknologi pertanian, ternyata masih ada masyarakat yang mempertahankan pertanian dengan paradigma kearifan lokal (local wisdom). Pengetahuan dan kebudayaan lokal menjadi tahapan teknis pertanian yang masih dijalankan di beberapa daerah di Indonesia.
Kearifan lokal merupakan refleksi norma dan nilai dalam masyarakat terhadap lingkungan yang diyakini sebagai oikos (bahasa Yunani; keluarga atau rumah tangga) yang harus dilestarikan.
Selain itu, sebagian yang lain meyakini ada kekuatan spiritual dalam lingkungan yang harus diagungkan melalui ritual tertentu, seperti ritual upacara adat pertanian padi yang terdapat di suku Baduy. Mereka menyelenggarakan ritual ngaseuk yaitu penanaman padi hingga mipit pare pada masa panen.
Baca Juga: Data Pertanian Sudah Satu Pintu dari BPS Mulai 1 Desember 2019
Selain di suku Baduy, upacara adat menanam padi juga diselenggarakan di daerah lainnya, seperti di Sumatera Barat disebut dengan ritual Mambiak Padi, dan di adat Dayak disebut dengan ritual Aruh Baharain.
Masih melekatnya tradisi ini tidak terlepas dari keyakinan sosok Dewi Sri sebagai sang dewi padi yang telah memberikan keberhasilan pertanian.
Dalam kondisi demikian, kearifan lokal berkembang sebagai sistem kepercayaan yang berdampak pada konservasi lingkungan. Nilai deep ecology telah mengakar dalam jati diri mereka dengan penghormatan kepada sesuatu yang diyakini memiliki kekuatan menjaga alam dan pertanian.
Efek yang ditimbulkannya adalah harmonisasi rantai sosial, ekonomi, dan lingkungan. Namun, kini eksistensi dan peranan kearifan lokal seakan termarginalkan oleh ingar bingar teknologi digital pertanian.
Teknologi digital dianggap kontradiktif dengan kearifan lokal karena tidak sejalan dengan rasionalitas sains. Begitu pula kearifan lokal terlihat jauh dari jamahan teknologi digital.
Revolusi Industri 4.0
Dalam konteks revolusi industri 4.0, kedua variabel tersebut semestinya dapat saling mengakomodasi ide dan inovasi untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan.
Kearifan lokal pertanian selain membentuk sistem religi, pula mampu membentuk local knowledge (pengetahuan lokal) yang dapat diambil pelajarannya secara filosofis dan pragmatis.
Teknologi pertanian muncul sebagai respon efektifitas serta peningkatan produksi atas dasar permintaan pasar. Tapi manusia tidak bisa terus memaksa tanah berproduksi, sebab tanah membutuhkan “istirahat” untuk memulihkan kembali unsur hara yang dibutuhkan untuk tanaman selanjutnya.
Bercermin pada local knowledge dalam sistem pertanian agroforestry. Masyarakat adat Baduy dikenal istilah masa bera (masa pemulihan lahan), yaitu meninggalkan lahan yang telah ditanami beberapa lama untuk kemudian ditanami lagi.
Masa bera ini pernah disinggung oleh ekonom David Ricardo pada era ekonomi klasik sebelum tahun 1870, dimana pertumbuhan penduduk dan sumber daya alam menjadi isu ekonomi pembangunan.
Baca Juga: Mentan Diminta DPR Untuk Sosialisasi Asuransi Usaha Pertanian
David Ricardo melihat tingginya pertumbuhan penduduk, dengan banyaknya kesempatan spesialisasi kerja dapat memaksa sumber daya lahan terus berproduksi hingga pada titik tidak produktif lagi.
Lebih jauhnya Ricardo mengatakan akibat dari aktivitas itu, pembangunan akan mengalami fase stationary state (pembangunan yang terhambat) karena tidak ada pembentukan modal dari aktivitas ekonomi. Maka upaya yang harus dilakukan untuk membantunya menurut Harord-Domar adalah investasi.
Sekarang upaya investasi teknologi digital pertanian telah meloncati masa era tersebut dan pintu import telah dibuka demi terpenuhinya target permintaan masyarakat. Dalam konteks ini, tidak ada judgement dikotomi antara kearifan lokal dan teknologi digital sebab peradaban terus bergulir tidak dapat dipungkiri.
Hanya tinggal tugas untuk saling mengakomodasi diantara keduanya. Saat teknologi digital bisa menembus ruang dan waktu maka instrumen ini harus bersifat informatif dan akomodatif dalam penyajian big data kearifan lokal nusantara.
Tool ini nantinya menjadi salah satu kontemplasi bioregionalisme bagi umat manusia yang terlalu bersemangat mengkapitalisasi industri pertanian tanpa mempertimbangkan keberlanjutan.
Strategi ini dapat berkolaborasi dengan program pembangunan Desa Digital yang dirancang pemerintah pusat dan daerah, sehingga menjadi kanal arus informasi yang mengadopsi tema kearifan lokal yang bisa diakses secara luas.
Nah itu dia sedikit ulasan artikel pertanian tentang Kearifan Lokal Pertanian dalam Era Teknologi Digital. Bagaimana sobat PTD?
Jangan lupa SHARE artikel ini kepada teman-teman kamu ya!
Baca Juga: Download Buku Data Pangan dan Pertanian Dunia Oleh FAO
Penulis: Farah Pramudita
Ingin menjual hasil panen kamu langsung ke pembeli akhir? Silahkan download aplikasi Marketplace Pertanian Pak Tani Digital di sini.
Butuh artikel pertanian atau berita pertanian terbaru? Langsung saja klik di sini.