Startup Sosial Petani Indonesia
Kebun kopi Indonesia terluas
Kebun kopi Indonesia merupakan yang terluas di dunia.
Saat ini, luas kebun kopi di Indonesia sekitar 1,3 juta hektare, disusul Brasil 600 hektare, dan Vietnam 400 ribu hektare.
Namun, menurut Perwakilan Koperasi Kopi Indonesia Sejahtera (Kopkis), Jamil Musanif, luas lahan tersebut dikatakan tak berbanding lurus dengan besarnya produktivitas. “Produktivitas kopi kita masih rendah,” ujarnya.
Produktivitas masih kalah dari Brazil dan Vietnam
Dari segi produktivitas, Brasil menempati urutan nomor satu, kemudian diikuti Vietnam, dan barulah Indonesia di posisi tiga.
Brasil mampu menghasilkan biji kopi 4 ton per hektare, Vietnam 3 ton per hektare, dan Indonesia hanya 600 kilogram per hektare.
Hal ini menjadi kegalauan para praktisi dan pecinta kopi di Indonesia. Selama ini pemerintah dinilai hanya fokus ke masalah pangan seperti padi, jagung, dan kedelai.
Jenis kopi yang diproduksi oleh Indonesia
Secara komersial, ada 2 jenis kopi yang dihasilkan Indonesia, yaitu kopi Arabika dan kopi Robusta.
Tanaman kopi arabika dapat tumbuh dan berbuah optimal pada ketinggian diatas 1.000 m diatas permukaan laut, sedangkan kopi robusta pada ketinggian 400 – 800 m diatas permukaan laut.
Mengingat di Indonesia lahan dengan ketinggian diatas 1.000 m diatas permukaan laut pada umumnya berupa hutan, maka perkembangan tanaman kopi arabika terbatas.
Daerah penghasil kopi yang enak dan sudah terkenal bahkan ke luar negeri adalah Gayo, Toraja, Flores, Jawa dan Bali.
Masalah lain penghambat petani kopi Indonesia
Selain masalah produktivitas, ada masalah lain yang membelit perkopian di Indonesia yakni ketidakadilan dari segi pendapatan antara petani yang bergerak di hulu dengan di hilir
Masalah ini harus ditangani lewat sistem agrobisnis perkopian nasional. Di tingkat petani sebaiknya dikembangkan kelembagaan petani seperti koperasi.
Untuk menghasilkan kualitas baik (selain dari budi daya), penanganan kopi pascapanen menurutnya tak kalah penting. Proses inilah yang sulit dilakukan petani secara individu. Pasalnya mereka membutuhkan alat pengupas dan mesin pencuci kopi yang membutuhkan investasi tinggi sehingga mereka membutuhkan koperasi.
Sumber: republika.co.id, medium.com, www.aeki-aice.org
—
Kirimkan tulisanmu segera: baca di sini
Sudah download aplikasi Pak Tani Digital? Klik di