Beberapa Faktor Swasembada Beras sulit Terwujud di Indonesia

Berikut informasi dari Pak Tani Digital mengenai beberapa faktor swasembada beras sulit terwujud di indonesia

Swasembada Pangan di Indonesia

Swasembada Beras

pixabay.com

Baca Juga : Kibarkan Pemasaran Ubi Jalar Hingga Ke Hongkong

Swasembada dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memenuhi segala kebutuhan.

Pangan adalah bahan-bahan makanan yang didalamnya terdapat hasil pertanian,perkebunan dan lain-lain.

Jadi swasembada pangan adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan bahan makanan sendiri tanpa perlu mendatangkan dari pihak luar.

Swasembada pangan menjadi program pembangunan pertanian yang strategis karena memiliki dampak luas.

Ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup, mutu bahan pangan yang baik, serta nilai gizi yang tinggi memiliki dampak luas pada perekonomian dan mutu sumber daya manusia.

Seperti yang kita ketahui bahwa pangan terbagi menjadi beberapa dimana salah satunya adalah beras.

Beras merupakan bahan pokok utama yang dikonsumsi setiap masyarakat, yang dimana beras dijadikan makanan yang wajib dalam keluarga.

Pangertian swasembada beras adalah Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan beras dengan sendirinya tanpa perlu mendatangkan dari pihak luar.

Pihak luar yang dimaksud adalah negara luar, dimana kita tidak lagi melakukan impor hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok dalam negeri.

Namun hingga saat ini Indonesia sulit Indonesia masih kesulitan mencapai swasembada beras.

Indonesia beberapa tahun terakhir mencapai swasembada beras. Pada tahun 2016 dan 2017 tidak melakukan impor, kalaupun ada impor ditahun 2016 itu merupakan limpahan dari 2015. Kemudian 2018 beras surplus 2,85 juta ton.

Faktor swasembada sulit tercapai

pixabay.com

Baca Juga  Menuju Swasembada Bawang Putih Agar Terlepas Dari Impor

Beras sebagai bahan pangan utama menjadi target utama pemerintahan untuk dapat mencapai swasembada.

Impor beras yang kini lagi heboh di masyarakat, sebenarnya sudah ada gejolaknya pada awal pemerintahan Orde Baru di bawah pimpinan Presiden Soeharto.

Pada masa awal Orba, Indonesia menjadi negara pengimpor beras terbesar di dunia.

Pada tahun 1966, Presiden Soeharto memprioritaskan sektor pertanian dan mengeluarkan berbagai kebijakan yang mendukung revolusi pangan.

Hal ini harus ditempuh karena kemiskinan dan kelangkaan pangan adalah prahara sosial dan sekaligus pemantik konflik dan krisis politik.

Pada tahun 1985, atas keberhasilanya dalam bidang swasembada pangan maka Presiden Soeharto di undang oleh Direktur Jendral FAO, Edward Saouma untuk hadir dalam Forum Dunia pada tanggal 14 November 1985 di Roma, Italia.

Namun saat ini indonesia kesulitan untuk mencapai swasembada beras.

Adapun faktor yang menyebabkan Indonesia kesulitan mencapai swasembada beras sebagai berikut :

Tidak Bosan Impor

Faktanya indonesia sangat sulit mewujudkan swasembada pangan, khusus nya beras. Hal ini disebabkan adanya kecenderungan pemerintah melakukan aktivitas impor.

Seharunya pemerintah tidak berfokus pada kegiatan impor beras, namun lebih melirik kepada proses peningkatan produksi, entah itu meningkatkan luas lahan ataupun memberi saran dan prasaran untuk petani dengan baik.

Impor beras seharunya menjadi hal yang memalukan bagi indonesia, dikarenakan indonesia dimata seluruh negara lain adalah negara agraria, memiliki lahan pertanian yang cukup luas.

Kondisi ini juga memberi imbas yang tidak baik terhadap petani yang dimana para petani masih banyak dibawah garis kemiskinan.

Buruknya Infrastruktur Pendukung

Kondisi pertanian Tanah Air masih memprihatinkan. Selain kurangnya lahan, infrastruktur pertanian juga dinilai tidak memadai. Hal tersebut menyebabkan kondisi pangan di Indonesia kurang mencukupi.

Minimnya sarana dan prasarana pendukung pertanian nasional membuat kualitas beras nasional masih belum kompetitif dengan beras impor. Padahal, kebutuhan pangan nasional semakin lama makin meningkat.

Kenaikan harga BBM

Anggota Komisi IV DPR dari pelbagai fraksi ramai-ramai mengkritik rencana pemangkasan anggaran Kementerian Pertanian.

Langkah penghematan yang ditempuh untuk mengikuti rencana pemerintah menjaga anggaran sebelum kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi ini dinilai mengganggu target swasembada pangan.

Lahan Pertanian Yang Tidak Merata

Kita ketahui bahwa hampir seluruh lahan di Indonesia memungkinkan budidaya padi dengan baik.

Namun kenyataannya saat ini banyaknya lahan yang sudah dialih fungsikan, yang menyebabkan lahan untuk budidaya padi semakin menipis.

Apabila pemerintah melindungani hal yang seperti ini, akan mendukung peningkatan produksi pada dan memenuhi kebutuhan kita terhadap beras.

Minim Tenaga Kerja

Globalisasi membuat masyarakat Indonesia kini ogah untuk bekerja menjadi petani. Padahal, jika memanfaatkan ini, Indonesia bisa mendunia sebagai negara agraris.

Bank Dunia mendorong pemerintah Indonesia untuk serius mengembangkan asuransi pertanian. Itu merupakan salah satu langkah menahan petani beralih profesi dan menahan arus urbanisasi.

Demikianlah beberapa faktor yang membuat Indonesia sulit mencapai swasembada pangan.


Itulah informasi mengenai beberapa faktor swasembada beras sulit terwujud di indonesia. Semoga informasi yang diberikan bermanfaat ya sobat PTD

Baca Juga : Kekeringan Akibat Kemarau Berkepanjangan

Sumber : Kompas.com

Ingin menjual hasil panen kamu langsung ke pembeli akhir? Silahkan download aplikasi Marketplace Pertanian Pak Tani Digital di sini.

Butuh artikel pertanian atau berita pertanian terbaru? Langsung saja klik di sini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.