Startup Sosial Petani Indonesia
Cabai rawit menjadi komoditas hortikultura yang rentan terhadap inflasi volatile foods. Karena angka konsumsi cabai rawit dikota besar memerlukan pasokan cabai rata-rata mencapai 800.000 ton/tahun. Proyeksi angka kebutuhan cabai rawit yang tinggi sebagai tantangan untuk peningkatan kualitas budidaya.
Salah satu faktor pembatas budidaya cabai rawit adanya serangan busuk buah oleh Colletotrichum capsici sebagai patogen utama penyebab penyakit penting antraknosa pada tanaman cabai. Penyakit antraknosa pada cabai rawit mampu menurunkan produksi sebesar 50-90% /ha. Pengendalian penyakit oleh petani dengan fungisida cenderung belum efektif dan menimbulkan dampak lingkungan yang serius.
Baca Juga : Nur Agis Aulia, Sarjana Cumlaude yang Memilih Menjadi Petani
Oleh karena itu, mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Cindy Diah Ayu Fitriana, Nava Karina, dan Achmad Roekhan melakukan sebuah riset. Dengan bimbingan Bapak Luqman Qurata Aini SP., M.Si., Ph.D, mereka melakukan pengembangan bakteri kitinolotik UB Forest yang memiliki kemampuan yang cepat dan tepat dalam menghambat patogen Colletotrichum capsici penyebab antraknosa/patek pada cabai.

Bagaimana Hasil Penelitiannya?
Hasil Penelitian menunjukan bahwa Bakteri Kitinolitik UB Forest memiliki kemampuan sebagai penghambat jamur Colletotrichum capsici penyebab antraknosa/patek pada cabai dengan presentase penghambatan hingga 100%.
Ternyata, hasil riset memberikan keunggulan bakteri kitinolitik dalam mengatasi penyakit antraknosa yang lebih efektif dibandingkan fungisida. Hal ini disebabkan oleh bakteri kitinolitik memiliki kemampuan yang cepat dalam melisis dinding sel patogen yang komponen utama berupa kitin sebesar 22-40 %.
Baca Juga : 3 Hama Penyebab Daun Cabai Keriting dan Cara Mengendalikannya
Oleh karena itu, pemanfaatan bakteri kitinolitik UB Forest sebagai mikroba antagonis yang dapat berperan sebagai green technology berbasis agens hayati perlu dikembangkan dan diharapkan dapat menjadi solusi dalam meningkatkan produksi cabai, mendukung SDG’s 2030, dan implementasi pertanian yang berkelanjutan.
Nah, itulah temuan 3 orang mahasiswa pertanian dari Universitas Brawijaya tentang penghambat patek pada cabai! Kira-kira bagaimana tanggapan kamu tentang inovasi mereka? Menarik bukan? Yuk mari bersama berdiskusi di kolom komentar ya sobat PTD! Jangan lupa untuk dibagikan juga ya.
Oleh : Achmad Roekhan
Sudah download aplikasi Pak Tani Digital belum? Silahkan klik di sini.
Bisa kah bakteri ini d akses oleh petani…ato semacam ada demplot d lahan langsung pada lahan petani cabe
Cara nya yang gimana obati Patek. Yg jelas nama nya atau disebutkan dengan nama yg umum. Dirincikan lah
Halo, Anda dapat menghubungi mahasiswa/peneliti-nya melalui Instagram @roikhan_ahmd ya. Terima kasih.
Cara memperoleh bakterinya gimana ya
Halo, Anda dapat menghubungi mahasiswa/peneliti-nya, melalui Instagram @roikhan_ahmd ya. Terima kasih.
Alhamdulillah….semakin mantab….teruskan penelitiannya….mohon diberi nomer hp peneliti…dan gimana cara membeli isolatnya….