Nur Agis Aulia, Sarjana Cumlaude yang Memilih Menjadi Petani

Dewasa ini, kita menemukan fenomena sarjana muda di Indonesia dimana kebanyakan mereka berharap bisa bekerja di perusahan swasta besar, bekerja di kantor, menjadi pegawai negeri sipil, bekerja di BUMN memakai jas, dasi, dan pakaian yang necis, serta bekerja dengan menggunakan komputer di dalam ruangan ber-AC di gedung pencakar langit di kota besar.

Begitu juga dengan mindset orang tua, orang tua yang memiliki anak yang telah menjadi sarjana berharap anaknya tidak memiliki pekerjaan seperti orangtuanya. Sang anak tidak boleh bekerja berpanas-panasan. Sang anak harus bekerja di depan laptop dan gedung bertingkat dan sebagainya.

Nur Agis Aulia, seorang sarjana PSDK Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada dengan predikat lulusan terbaik, cumlaude dengan IPK 3,75, malah memilih menjadi petani, padahal ia telah ditawarkan untuk bekerja di sebuah perusahaan BUMN. Hal ini disayangkan oleh banyak orang, begitu juga dengan orang tua Mas Agis, terutama ibunya.

Saat itu, reaksi ibu Mas Agis itu sangat marah dan beranggapan bahwa anaknya mengambil keputusan yang salah. Namun, siapa sangka, seiring berjalannya waktu, dari tangan Agis, lahir gerakan-gerakan yang positif, membuka banyak lapangan kerja baru, naiknya taraf kehidupan petani di desanya, dan menumbuhkan kembali inspirasi bagi kalangan muda untuk bertani dan beternak.

Nur Agis Aulia, Petani Sarjana Cumlaude
Foto: vestifarm.com

Nur Agus Aulia, pemuda kelahiran Serang pada tanggal 21 April 1989, merupakan suatu pembuktian bahwa petani juga bisa sukses, sekaligus mematahkan mindset bahwa seorang sarjana harus kerja di perusahaan, di gedung bertingkat, dan lain sebagainya.

Beberapa kontribusi Agis di desanya yakni sebagai ketua pilot project integrated farm NAPOLi FARM dan CEO Jawara Banten Farm. Ayah dari 2 anak ini juga merupakan Co-Founder Komunitas Banten Bangun Desa yang kini telah merambah ke bidang usaha pertanian, peternakan (sapi perah kambing Aqiqah dan qurban), serta perikanan.

Meskipun masih mudah, sudah banyak prestasi yang ditorehkan oleh Agis. Ia menjadi salah satu penerima penghargaan Kick Andy Heroes serta Sosok Muda Kompas berkat usaha kerasnya dalam membangun daerahnya. Imbasnya, sekarang ini, banyak pemuda Banten yang tertarik menjadi peternak cerdas dan penuh dedikasi.

Hal yang terus menyemangati Nur Aulia Agis yaitu bagi dia, petani merupakan profesi yang mulia, karena dengan adanya petani, maka kebutuhan pangan masyarakat dapat terpenuhi. Tanpa adanya petani, mustahil masyarakat bisa makan, petani juga merupakan profesi yang dapat menjadi ladang amal jariyah.

Baca juga: Bagas Suratman, Mantan Preman yang Kini Menjadi Petani Sukses

Nur Agis Aulia
Foto: vestifarm.com

Dikatakan oleh Nur Agis Aulia, “Permasalahan di desa yakni karena orang-orang terbaik tidak ada di desa, orang-orang yang memiliki kemampuan, pengalaman, kompetensi dan jaringan tidak ada di desa, sehingga desa dikelola oleh orang-orang yang belum memiliki pengalaman dan kompetensi. Oleh karena itu, saya merasa terpanggil untuk kembali ke desa. Yang paling penting saya lakukan adalah mencontohkan bertani dan beternak, bagaimana pertanian ini menguntungkan dan menjanjikan”.

“Kebanyakan petani terbiasa dengan pola hutang, tidak memiliki pola cashflow keuangan yang baik, sehingga banyak petani terjebak hutang dengan tengkulak. Karena petani sambari menunggu hasil panennya, mereka juga perlu biaya untuk menghidupi keluarganya, sekolah anaknya, dan lainnya. Jadi, dengan melihat keadaan ini, saya terpanggil untuk memperbaiki keadaan petani di desa saya, petani juga harus memiliki cashflow harian, minggguan, bulanan bahkan tahunan, sehingga petani tidak lagi terjerat hutang dengan tengkulak. Ini bisa kita kolaborasikan dengan adanya pertanian, perikanan, dan peternakan terpadu. Kita juga akan pasarkan langsung ke konsumen melalui media sosial, jaringan, sistem reseller, dan lainnya. Jadi, tidak ada rantai dagang tengkulak. Dengan cara ini, petani bisa lebih sejahtera hidupnya”.


Itulah kisah Nur Agis Aulia yang bisa menjadi inspirasi bagi sarjana, terutama sarjana pertanian, untuk terjun dan bekerja di bidang pertanian. Nah, apakah kamu sudah siap menjadi petani, seperti Nur Agis Aulia?

Baca juga: Kenalkan I Gusti Made Dwiadya, Petani Hidroponik Sukses Asal Bali

Penulis : Hanif Walas Nafi

Sudah download aplikasi Pak Tani Digital? Klik di sini.

2 thoughts on “Nur Agis Aulia, Sarjana Cumlaude yang Memilih Menjadi Petani

  1. Ga majunya negri ini kurangnya herroes kaya bang agus ini. Klo kita lihat negara maju seperti japan .belanda&unieropa lainya petaninya sarjana semua rata2 gimana gk maju mereka dh export barang elektronick ditambah hasil perkebunan &peternakan so Amazing mereka ga pernah butuh dari negara lain malah surplus negaranya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.