Startup Sosial Petani Indonesia
Berikut Informasi dari Pak Tani Digital mengenai petani memulai utuk produksi pupuk organik
Pupuk Organik
Petani Beralih Ke Pupuk Organik
Baca juga: Antisipasi Kekeringan Akibat Kemarau Berkepanjangan
Pupuk digunakan untuk menyuplai nutrisi pada tanaman untuk memperbaiki sifat kimia, fisik dan biologi tanah serta meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Tanaman tidak bisa menyerap keseluruhan dari pupuk kimia kerena akan selalu ada residu atau sisa dari pupuk kimia yang tertinggal di dalam tanah.
Apabila terkena air akan mengikat tanah seperti lem/semen. Setelah kering, tanah menjadi tidak gembur, keras dan masam.
Kondisi ini membuat organisme-organisme pembentuk unsur hara akan berkurang populasinya bahkan menjadi mati.
Beberapa binatang yang menggemburkan tanah seperti cacing tidak mampu hidup di kawasan tersebut dan kehilangan unsur alamiahnya.
Bila ini terjadi, maka tanah tidak bisa menyediakan makanan secara mandiri lagi, dan akhirnya menjadi sangat tergantung pada pupuk tambahan, khususnya pupuk kimia.
Apabila ketergantungan pada pupuk kimia maka banya tanah yang semakin rusak dan membuat petani semakin bergantung pada pupuk kimia.
Pada akhirnya, penghasilan petani semakin menurun akibat menurunnya produktifitas tanah seiring dengan meningkatnya biaya akibat meningkatnya kebutuhan pupuk.
Hal semacam ini tentunya nanti akan berdampak pada petani itu sendiri. Karenanya petani harus diberikan pemahaman tentang dampak atau efek dari penggunaan pupuk kimia secara berlebihan.
Produksi Pupuk Organik
Salah satu, petani kopi Desa Sampean, Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan yang menjadi peserta kegiatan Pengembangan Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun Anggaran 2020 memberikan respon yang nyata.
Setelah mendapatkan bimbingan teknis dari Guru Besar Universitas Jenderal Soedirman, Loekas Soesanto, petani mulai memproduksi pupuk dan pestisida organik
Secara mandiri bersama dengan BBPPTP Medan dan Petugas PPL Dinas Kabupaten Tapanuli Selatan. Selain itu, petani juga berkomitmen untuk meninggalkan bahan kimia.
Kepala Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan, Sigit Wahyudi mengatakan pupuk dan pestisida organik yang diproduksi menggunakan bahan-bahan yang sangat mudah diperoleh dan tersedia di alam.
Untuk pupuk organik membutuhkan bahan seperti urin sapi, MOL dan gula aren.
Bahan-bahan tersebut dicampur dalam satu wadah (tong atau drum), selanjutnya diaduk sampai merata, ditutup menggunakan plastik hitam untuk proses fermentasi.
Setelah 3 minggu, pupuk sudah bisa digunakan dengan cara disemprotkan ke tanaman atau disiram ke tanah sekitar perakaran.
Bahkan dapat juga berfungsi sebagai ZPT (zat pengatur tumbuh). Pupuk ini mengandung senyawa seperti nitrogen, fosfor, kalium dan juga air lebih banyak dibanding kotoran sapi padat.
Selain itu ada juga pupuk ZPT dari bahan rebung, pembuatannya yaitu rebung dicincang halus seperti dadu kemudian ditambahkan gula putih.
Bahan-bahan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam satu wadah, misaya jerigen atau ember, ditutup, lalu difermentasikan dan setelah 2 minggu, pupuk sudah bisa digunakan. .
Penggunaan dengan sistem organik sangat aman digunakan bagi tanaman dan tidak berpengaruh negatif terhadap manusia.
Tak hanya untuk tanaman perkebunan, namun pestisida organik ini juga bisa digunakan untuk mengendalikan OPT pada tanaman pangan dan hortikultura.
Itulah informasi mengenai para petani yang memproduksi pupuk organik. Semoga informasi yang diberikan bermanfaat ya sobat PTD!
Sumber: Liputan6.com
Ingin menjual hasil panen kamu langsung ke pembeli akhir? Silahkan download aplikasi Marketplace Pertanian Pak Tani Digital di .
Butuh artikel pertanian atau berita pertanian terbaru? Langsung saja klik di .