Startup Sosial Petani Indonesia
Zaman sekarang, di Indonesia, membudidayakan padi lokal dengan cara memangkas batang setelah panen sudah banyak dilakukan untuk padi berumur panjang. Setelah panen, tanaman utama akan dibiarkan tumbuh hingga musim tanam tahun berikutnya. Sistem budidaya tersebut adalah sistem salibu.
Padi salibu merupakan tanaman padi yang tumbuh lagi setelah batang sisa panen ditebas/dipangkas. Tunas akan muncul dari buku yang ada di dalam tanah dan mengeluarkan akar baru sehingga suplai hara tidak lagi terulang pada batang lama. Tunas ini bisa membelah dan mampu bertunas lagi seperti padi lokal tanam pindah biasa. Inilah yang membuat pertumbuhan dan produksinya sama atau lebih tinggi dibanding tanaman yang pertama (induknya).
Beberapa keuntungan budidaya sistem salibu, di antaranya adalah:
- Jangka waktu yang relatif lebih pendek,
- Kebutuhan air lebih sedikit
- Biaya produksi lebih rendah karena penghematan dalam pengolahan tanah,
- Tenaga kerja yang dibutuhkan lebih sedikit,
- Tanpa pengolahan tanah, penyemaian dan penanaman,
- Penggunaan bibit dan kemurnian genetik lebih terpelihara.
Beberapa varietas padi yang mampu berproduksi baik untuk ditanam dengan sistem salibu yaitu Batang Piaman, Cisokan, Inpari 19, Inpari 21, dan Logawa.
Baca: Sistem Mina Padi, Kombinasi Lahan Sawah dengan Budidaya Ikan
Padi sistem salibu menghasilkan anakan lebih banyak dibanding padi lokal tanam pindah biasa. Ini disebabkan oleh pengaruh sifat genetik dan lingkungan, seperti ketersediaan air, tingkat kesuburan tanah, sinar matahari, faktor suhu, serta keadaan hama dan penyakit tanaman. Aspek fisiologi dan karakter morfologi menunjukkan perakaran padi salibu lebih kuat dan luas sehingga proses penyerapan unsur hara lebih baik dibandingkan dengan padi padi lokal tanam pindah biasa.
Pertumbuhan tunas-tunas terjadi, salah satu alasan utamanya untuk perlakuan pemangkasan. Tinggi pemangkasan batang menentukan jumlah mata tunas yang ada untuk pertumbuhan ulang, maka tinggi pangkasan berpengaruh terhadap kemampuan pembentukan tunas pada sistem salibu.
Agar kebutuhan unsur hara pada masa pertumbuhan anakan padi bisa seimbang, sistem salibu perlu pemupukan yang cukup, terutama unsur nitrogen. Unsur nitrogen inilah yang merupakan komponen utama dalam sintesis protein sehingga sangat dibutuhkan pada fase vegetatif tanaman, khususnya proses pembelahan sel. Tanaman yang cukup mendapatkan nitrogen memperlihatkan daun yang hijau tua dan lebar, fotosintesisnya berjalan dengan baik. Unsur nitrogen adalah faktor penting untuk meningkatkan produktivitas tanaman.
Budidaya dengan sistem salibu akan meningkatkan indeks panen karena tidak lagi memerlukan pengolahan tanah dan persemaian tanam sehingga rentang waktu produksi lebih singkat. Budidaya dengan sistem ini juga secara tidak langsung dapat menanggulangi keterbatasan varietas unggul.
Karena pertumbuhan tanaman selanjutnya terjadi secara vegetatif, maka mutu varietas tetap sama dengan tanaman pertama. Budidaya padi sistem salibu akan lebih ekonomis sekitar 45% dibandingkan dengan budidaya tanam pindah. Hal inilah yang akan meningkatkan pendapatan petani.
Baca: Mengetahui Sistem Surjan, Kearifan Lokal Masyarakat Tani Indonesia
Berikut ini adalah cara yang harus diperhatikan sebelum membudidaya padi sistem salibu:
- Setelah padi dipanen, genangi lahan dengan air setinggi 5 cm selama 2-3 hari, kemudian saluran pembuangan air dilepas kembali (untuk menjaga kelembapan tanah dan menghindari batang padi mati kekeringan).
- Beri pupuk kandang sebanyak 1 ton/ha, lalu tabur jerami di area lahan dan potong bagian batang (pemotongan menggunakan mesin potong rumput dengan tinggi 5 cm dari permukaan tanah).
- Injak-injak tanah dan jerami diantara rumpun padi sampai jeraminya terbenam ke dalam tanah, beri pupuk urea di antara rumpun padi secara merata sebanyak 150 kg/ha.
Selanjutnya, berikut adalah tahapan utama dalam membudidaya padi sistem salibu:
- Bersihkan lahan terlebih dahulu dari jerami sisa panen dan gulma. Jika lahan terlalu kering, lakukan penggenangan 1-2 hari, kemudian air dikeluarkan sampai tanah lembab.
- Pengolahan tanah, penyemaian,dan tanam hanya dilakukan pada tanaman utama. Ketiga kegiatan tersebut diganti dengan pemotongan ulang tunggul sisa panen. Selanjutnya, biarkan selama 7-10 hari hingga keluar tunas baru. Potong ulang tunggul sisa panen secara seragam dengan alat pemotong hingga tersisa 3-5 cm dari permukaan tanah. Alat pemotong yang baik adalah alat mesin pemotong rumput bermata pisau petak.
- Jika terdapat tanaman yang tidak tumbuh, lakukan penyulaman dengan cara memecah menjadi dua hingga perakarannya pada tunas yang tumbuh lalu sulamkan ke lokasi tanaman yang tidak tumbuh. Setelah itu, lakukan pemupukan secara rata pada takaran 1 ton/ha.
- Lakukan pengendalian hama dan penyakit dengan pengolahan tanah, irigasi, pergiliran jenis tanaman, tanam serentak, pengaturan jarak tanam, dan pemupukan yang berimbang; memasang lampu perangkap, metilat lem, boneka sawah, dan perangkap; mendatangkan musuh alami, dan menggunakan bahan kimiawi. Pada pengendalian gulma, dapat dilakukan dengan menggunakan gasrok atau cangkul kecil bertangkai panjang.
Panen bisa dilakukan pada umur sekitar 90 hari. Jika terlambat memanen padi, akan mengakibatkan banyak biji yang tercecer atau busuk sehingga mengurangi produksi. Sebaiknya, sawah dikeringkan 10 hari menjelang panen. Siklus daur tanam seperti ini bisa dilakukan lebih dari 3 kali.
Baca: Indonesia Krisis Padi atau Krisis Petani?
Referensi:
- indonesiabertanam.com
- 2013. Pedum PTT Padi Sawah. Baitbangtan. Jakarta
- 2015. Pedum Pelaksana Upsus PJK. Kemtan. Jakarta
- 2011. Potensi ratun galur-galur padi terpilih untuk lahan sawah. Prosiding Seminar Nasional. BB Padi. 2012.
Sumber gambar utama: blogmasardi.blogspot.com
Penulis: Yusril Wicaksana
Mahasiswa Jurusan Agroteknologi – Univ. Muria Kudus
Sudah download aplikasi Pak Tani Digital? Klik di .
Maksudanya kalaimat ini?Setelah itu, lakukan pemupukan secara rata pada takaran 1 ton/ha.
Ini berapa kali pupuk dalam jumblah 1ton/ha
Apakah ada bibit padi khusus yang digunakan pada sistem salibu ini?