Startup Sosial Petani Indonesia
Revolusi Industri 4.0 memaksa seluruh lapisan masyarakat untuk harus bisa memanfaatkan segala sesuatu di sekitarnya untuk diolah menjadi sebuah karya. Hal ini menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi mahasiswa Sekolah Vokasi IPB yang saat ini sedang berlomba–lomba dalam membuat produk yang bisa berguna bagi masyarakat, khususnya di bidang pertanian.
Mahasiswa jurusan Teknik Komputer Sekolah Vokasi IPB merancang alat untuk mempermudah budidaya tanaman kentang dengan menggunakan sistem otomatisasi aeroponik dimana penyiraman terhadap tanaman kentang tersebut dilakukan di udara.
Tanaman kentang dipilih untuk dibudidayakan karena kentang merupakan salah satu dari makanan pokok yang sering dijumpai dan dikonsumsi oleh masyarakat dunia. Satu milyar atau 13,28% orang di dunia mengonsumsi kentang.
Namun, keterbatasan lahan dataran tinggi menyebabkan sulitnya pembudidayaan kentang di Indonesia. Oleh karena itu, agar pembudidayaan kentang dapat dilakukan di mana saja seperti dataran rendah, dibutuhkan sebuah alat yang dapat melakukan otomatisasi apabila suhu di dataran rendah jauh lebih tinggi dibandingkan dengan suhu di dataran tinggi. Alat pembudidayaan modern tersebut tidak terlalu membutuhkan lahan yang luas.
Sistem aeroponik sendiri adalah sebuah sistem hidroponik dengan akar menggantung yang memiliki akar tersuspensi di ruangan tertutup dan larutan nutrisi disemprotkan ke tiap-tiap akar tanaman.
Baca juga: 8 Tahap Mudah Merakit Instalasi Aeroponik di Rumah
Cara Kerja
Alat ini nantinya akan bekerja dengan menyemprotkan air ke akar dari tanaman kentang yang digantung di udara. Penyemprotan air ini secara otomatis dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah diatur sebelumnya sehingga mempermudah pekerjaan manusia.
Alat ini dibuat dengan Sistem Otomatisasi Aeroponik Berbasis ESP8266 untuk Budidaya Tanaman Kentang di Departemen Fisika IPB dengan menggunakan mikrokontroler ESP8266 dan beberapa sensor. Mikrokontroler ESP8266 merupakan jenis mikrokontroler yang dapat dilakukan dengan pemrograman berbahasa C.
Adapun sensor-sensor yang digunakan adalah sensor DHT22, sensor LDR, dan sensor Ultrasonik. Sensor DHT22 adalah sensor yang dapat membaca nilai suhu dan kelembapan udara. Sensor LDR adalah sensor yang peka terhadap cahaya, sedangkan Sensor Ultrasonik adalah sensor jarak yang akan digunakan sebagai pendeteksi ketersediaan nutrisi cair.
Pemantauan suhu udara, kelembaban udara, kondisi cahaya, dan otomatisasi pemberian nutrisi cair akan ditampilkan melalui laman web sehingga akan lebih mudah untuk memantau tanaman kentang tersebut.
Itulah sistem otomatisasi aeroponik untuk budidaya kentang yang diciptakan oleh mahasiswa Sekolah Vokasi IPB.
Hidup di era yang sudah harus memanfaatkan canggihnya teknologi, membuat keadaan memaksa kita untuk terus berinovasi setiap hari. Hal ini akan sangat bermanfaat bagi kita sebagai wujud pengembangan diri. Dengan demikian, kita siap untuk menghadapi sebuah kondisi akan munculnya banyak pekerjaan baru yang tidak sekalipun pernah terbesit di benak kita.
Pekerjaan yang memanfaatkan teknologi canggih untuk terus berkembang seiring berjalannya waktu, pekerjaan yang mungkin akan menggantikan banyak pekerjaan yang selalu diandalkan sebelumnya. Oleh karena itu, kita semua harus siap berinovasi dalam segala bidang, salah satunya dalam bidang pertanian.
Klik & Baca: Mahasiswa UNDIP Membuat Sistem Pengairan Otomatis dengan Sensor Kelembaban
Penulis: Alferdio Wijaya, Ridwan Siskandar
Ingin menjual hasil panen kamu langsung ke pembeli akhir? Silahkan download aplikasi Marketplace Pertanian Pak Tani Digital di .
Butuh artikel pertanian atau berita pertanian terbaru? Langsung saja klik di .